Sejarah Perkembangan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Zaman Mesir Kuno
Pada zaman ini, gangguan jiwa dianggap disebabkan karena adanya roh jahat yang bersarang
di otak. Oleh karena itu, cara menyembuhkannya dengan membuat lubang pada tengkorak
kepala untuk mengeluarkan roh jahat yang bersarang di otak tersebut.
Hal ini terbukti dengan ditemukannya lubang di kepala pada orang yang pernah
mengalami gangguan jiwa. Selain itu, ditemukan pada tulisan Mesir Kuno tentang siapa saja
yang pernah kena roh jahat dan telah dilubangi kepalanya.
Tahun-tahun berikutnya, pasien yang mengalami gangguan jiwa diobati dengan
dibakar, dipukuli, atau dimasukkan dalam air dingin dengan cara diajak jalan melewati
sebuah jembatan lalu diceburkan dalam air dingin dengan maksud agar terkejut, yakni
semacam syok terapi dengan harapan agar gangguannya menghilang.
Hasil pengamatan berikutnya diketahui ternyata orang yang menderita skizofrenia
tidak ada yang mengalami epilepsi (kejang atau hiperplasia). Padahal penderita epilepsi
setelah kejangnya hilang dapat pulih kembali.
Oleh karenanya, pada orang skizofrenia
dicoba dibuat hiperplasia dengan membuat terapi koma insulin dan terapi kejang listrik
(elektro convulsif theraphy).
Zaman Yunani (Hypocrates)
Pada zaman ini, gangguan jiwa sudah dianggap suatu penyakit. Upaya pengobatannya
dilakukan oleh dokter dan orang yang berdoa untuk mengeluarkan roh jahat. Pada waktu
itu, orang sakit jiwa yang miskin dikumpulkan dan dimasukkan dalam rumah sakit jiwa.
Jadi, rumah sakit jiwa lebih banyak digunakan sebagai tempat penampungan orang gangguan
jiwa yang miskin, sehingga keadaannya sangat kotor dan jorok. Sementara orang kaya yang
mangalami gangguan jiwa dirawat di rumah sendiri.
Pada tahun 1841, Dorothea Line Dick melihat keadaan perawatan gangguan jiwa. Ia
tersentuh hatinya, sehingga berusaha memperbaiki pelayanan kesehatan jiwa.
Bersamaan
dengan itu, Herophillus dan Erasistratus memikirkan apa yang sebenarnya ada dalam otak,
sehingga ia mempelajari anatomi otak pada binatang. Khale kurang puas hanya mempelajari
otak, sehingga ia berusaha mempelajari seluruh sistem tubuh hewan (Notosoedirjo, 2001).
Zaman Vesalius
Vesalius tidak yakin hanya dengan mempelajari anatomi hewan saja, sehingga ia ingin
mempelajari otak dan sistem tubuh manusia. Namun, membelah kepala manusia untuk
dipelajari merupakan hal yang mustahil, apalagi mempelajari seluruh sistem tubuh manusia.
Akhirnya, ia berusaha mencuri mayat manusia untuk dipelajari. Sayangnya kegiatannya
tersebut diketahui masyarakat, sehingga ia ditangkap, diadili, dan diancam hukuman
mati (pancung). Namun, ia bisa membuktikan bahwa kegiatannya itu untuk kepentingan
keilmuan, maka akhirnya ia dibebaskan.
Versailus bahkan mendapat penghargaan karena bisa
menunjukkan adanya perbedaan antara manusia dan binatang. Sejak saat itu dapat diterima
bahwa gangguan jiwa adalah suatu penyakit. Namun kenyatannya, pelayanan di rumah sakit
jiwa tidak pernah berubah. Orang yang mengalami gangguan jiwa dirantai, karena petugasnya
khawatir dengan keadaan pasien.
Revolusi Prancis I
Phillipe Pinel, seorang direktur di RS Bicetri Prancis, berusaha memanfaatkan Revolusi Prancis
untuk membebaskan belenggu pada pasien gangguan jiwa. Revolusi Prancis ini dikenal dengan
revolusi humanisme dengan semboyan utamanya “Liberty, Equality, Fraternity”.
Ia meminta
kepada walikota agar melepaskan belenggu untuk pasien gangguan jiwa. Pada awalnya,
walikota menolak. Namun, Pinel menggunakan alasan revolusi, yaitu “Jika tidak, kita harus
siap diterkam binatang buas yang berwajah manusia”. Perjuangan ini diteruskan oleh muridmurid Pinel sampai Revolusi II.
Revolusi Kesehatan Jiwa II
Dengan diterima gangguan jiwa sebagai suatu penyakit, maka terjadilah perubahan orientasi
pada organo biologis. Pada saat ini, Qubius menuntut agar gangguan jiwa masuk dalam bidang
kedokteran. Oleh karena itu, ganguan jiwa dituntut mengikuti paradigma natural sciences,
yaitu ada taksonomi (penggolongan penyakit) dan nosologi (ada tanda/gejala penyakit).
Akhirnya, Emil Craepelee mampu membuat penggolongan dari tanda-tanda gangguan jiwa.
Sejak saat itu, kesehatan jiwa terus berkembang dengan berbagai tokoh dan spesfikasinya
masing-masing.
Revolusi Kesehatan Jiwa III
Pola perkembangan pada Revolusi Kesehatan Jiwa II masih berorientasi pada berbasis rumah
sakit (hospital base), maka pada perkembangan berikutnya dikembangkanlah basis komunitas
(community base) dengan adanya upaya pusat kesehatan mental komunitas (community mental
health centre) yang dipelopori oleh J.F. Kennedy. Pada saat inilah disebut revolusi kesehatan
jiwa III.
Posting Komentar untuk "Sejarah Perkembangan Keperawatan Kesehatan Jiwa "