Pengertian Agama dari Berbagai Sudut Pandang
“in religion the whole of human being personality is involved: the emotional and moral facets of the human psyche above all, but the intellectual facet as well. And the concern extends to the whole of Man’s World; it is not limited to that part of which is accessible to the human senses and which can therefore be studied scientifically and can be manipulated by technology (John Goley 1968, v).
Jadi menurut Toynbee, dalam agama, keseluruhan kepribadian manusia
terlibat antara lain: segi-segi emosional, segimoral dan kejiwaan, dan segi
intelektual juga.
Keprihatinan agama mencakup keseluruhan “dunia manusia”;
tidak hanya dibatasi pada bagian yang bisa diakses oleh indra manusia yang
pada gilirannya dapat dipelajari secara ilmiah tetapi juga yang dapat
dimanipulasi oleh teknologi.
Singkatnya, seluruh kemanusiaan kita terlibat di
dalam pengalaman beragama manusia. Cobalah Anda amati hal-hal apa saja
dalam diri manusia yang terlibat di dalam pengalaman beragama manusia!
Kita mencoba menelusuri berbagai pengertian agama sebagaimana
dikemukakan oleh berbagai ahli dari berbagai perspektif.
Jika ditelusuri,
ternyata ada begitu banyak definisi/pengertian agama dari yang sifatnya
sangat positif sampai ke yang sifatnya sangat negatif.
Begitu bervariasinya
definisi agama karena, antara lain, ada yang memasukkan agama-agama
yang sangat sederhana atau primitif, seperti dalam bentuk
animisme/dinamisme, sampai ke agama-agama yang lebih rumit dan
kompleks, seperti dalam agama-agama yang monoteisme ke dalam definisi
mereka.
Pada umumnya definisi-definisi tersebut bersifat positif dan tidak
menilai benar atau salahnya suatu keyakinan religius. Namun, ada juga definisi-definisi yang sangat kritis bahkan cenderung merendahkan
pengalaman agamawi manusia.
Cobalah Anda amati dan kemukakan beberapa
definisi tentang agama yang sangat kritis!
Berikut ini kita akan melihat beberapa contoh definisi, dan dengan menelusuri
beberapa definisi mudah-mudahan kita menangkap pengertian agama.
Beberapa definisi yang diberikan oleh berbagai kamus antara lain seperti
berikut; Penguin Dictionary of Religion (1970) mendefinisikan agama sebagai
suatu istilah umum yang dipakai untuk menggambarkan semua konsep
tentang kepercayaan kepada ilah (ilah-ilah) dan keberadaan spiritual yang
lain atau keprihatinan ultima yang transendental.
Britanica Concise
Encyclopedia (online, 2006) mendefinisikan agama sebagai hubungan manusia
kepada Allah atau ilah-ilah, atau apa saja yang dianggap sakral, atau dalam
beberapa kasus hal-hal yang supernatural.
Encyclopedia Britanica (online,
2006) mendefinisikan agama sebagai hubungan manusia dengan apa yang
dianggap sebagai suci, sakral, spiritual atau ilahi.
Selain definisi-definisi dari kamus yang sifatnya netral, ada juga pengertian
agama yang sifatnya negatif. Berikut tiga contoh definisi negatif tentang
agama:
- Karl Marx mendefinisikan agama adalah vitamin untuk masyarakat yang tertindas ... agama adalah candu bagi masyarakat.
- Sigmund Freud dalam New Introductory Lectures on Psychoanalysis, mengatakan bahwa agama adalah ilusi dan menarik kekuatannya dari fakta bahwa ia berasal dari keinginan-keinginan instingtif manusia.
- Bertrand Russel berpendapat bahwa agama adalah sesuatu yang terbawa/tertinggal dari masa kanak-kanak dari inteligensi kita, agama akan lenyap ketika kita mengadopsi penalaran dan ilmu pengetahuan sebagai penuntun kita.
Untuk lebih memperjelas pemahaman kita mengenai agama secara umum,
sebenarnya ada empat pendekatan definisai agama yakni: substantif,
fungsional, verstehen, dan formal. Pendekatan subtantif dan pendekatan
fungsional akan dibahas pada alinea berikut.
Dua pendekatan lain (verstehen dan formal) tidak dibahas di sini, Anda dipersilakan mencari di buku lain untuk
memahami pendekatan verstehen dan formal! Definisi-definisi substantif adalah definisi yang melihat apa substansi agama.
Misalnya, Tyler mendefinisikan agama sebagai “kepercayaan kepada
keberadaan spiritual.” Ini menunjukkan substansi agama sebagai kepercayaan
kepada yang hal spiritual/rohaniah. Namun, kadang definisi substantif dipakai
juga untuk analisis fungsional.
Misalnya saja Ross (1901:197) melihat agama
sebagai sesuatu yang memberi kontrol sosial tertentu. Dalam konsep ini,
agama sudah bersifat fungsional, meskipun Tyler sebenarnya mendefinisikan
agama secara substantif.
Ia mengatakan bahwa agama sebagai suatu
kepercayaan kepada yang tak terlihat, dengan perasaan takut, kagum, hormat,
rasa syukur, dan kasih, demikian pun institusinya seperti doa, ibadah, dan
pengorbanan.
Definisi fungsional menekankan pada fungsi agama, atau apa yang dilakukan
agama. Contoh dari definisi-definisi fungsional adalah definisi yang
dikemukakan Ward dan Cooley berikut. Ward (1898) berpendapat bahwa
agama adalah suatu substitusi dalam dunia yang rasional terhadap insting
pada dunia yang subrasional.
Cooley (1909:372) juga mendefinisikan agama
sebagai suatu kebutuhan bagi hakikat manusia, untuk menjadikan hidup
kelihatan lebih rasional dan baik. Penulis setuju dengan definisi yang diberikan oleh Thomas H. Groome dalam
bukunya Christian Religious Education.
Ia mengatakan bahwa agama adalah:
“human quest for the transcendent in which one’s relationship with an ultimate
ground of being is brought to consciousness and somehow given expression”
(Groome 1980, 22).
Penulis setuju dengan definisi ini karena tiga alasan.
Pertama, semua agama tentu berurusan dengan yang transenden dan
manusia mencari yang transenden tersebut karena dalam dirinya ada suatu
kesadaran religius untuk mengakui adanya suatu kodrat yang melampaui
manusia.
Kedua, yang transenden itu juga bisa menjadi dasar keberadaannya,
dan dalam arti itu sangat imanen dengan manusia. Jadi, definisi ini
menjaga keseimbangan antara yang transenden dan imanen.
Tuhan tak
semata transenden jauh di sana, yang bisa membuat manusia merasa
teralienasi dari berbagai hal bahkan dengan diri sendiri karena mencari-Nya,
tetapi juga tidak sekadar imanen karena bisa juga manusia lalu menyamakan
dirinya dengan Tuhan.
Imanensi Tuhan menyatakan kedekatan-Nya dengan
ciptaan-Nya. Ketiga, dalam pencarian itu manusia berusaha berelasi dengan
Tuhan sebagaimana Tuhan juga berelasi dengan manusia, tetapi relasi-relasi
itu diberi manifestasi dengan berbagai cara: iman, ritual, ibadah dan ketaatan
terhadap apa yang dikehendaki oleh sang Pencipta yang transenden dan dasar
keberadaan tadi.
Posting Komentar untuk "Pengertian Agama dari Berbagai Sudut Pandang"