Implikasi Kepercayaan kepada Allah
Ada teolog yang mengatakan bahwa “now more than ever it is vital that we know what we believe, because what we believe determines how we live” (Donald English 1982).
Kalau benar seperti pernyataan ini, bahwa apa yang kita percayai menentukan bagaimana kita menjalani hidup kita, pertanyaan yang penting bagi kita bukan hanya apa pandangan Alkitab tentang Allah, melainkan bagaimana kepercayaan kita kepada Allah menentukan bagaimana kita menjalani hidup kita secara praktis.
Karena itu, pada bagian ini kita akan menanya atau bertanya secara kritis, apa implikasi kepercayaan kepada Allah sebagai Pencipta, Penyelamat dan Pembaharu bagi kehidupan praktis seharihari.
Silakan Anda menanya secara kritis dan sebebas-bebasnya yang berkenaan dengan implikasi kepercayaan kepada Allah sebagai Pencipta, Penyelamat dan Pembaharu ciptaan- Nya.
1. Implikasi Kepercayaan kepada Tuhan sebagai Pencipta
Dalam rangka menanya secara kritis apa implikasi kepercayaan kepada Tuhan sebagai Pencipta, ada baiknya kita menarik beberapa implikasi dari kepercayaan terhadap Allah sebagai Pencipta dalam kaitannya dengan kehidupan kita sebagai orang percaya.
Pertama, bahwa sebagai Pencipta, Allah adalah sumber kehidupan dan keberadaan kita. Karena itu, hidup kita sepenuhnya bergantung kepada Allah, dan kita adalah milik Allah Sang Pencipta. Ini berarti juga bahwa Allah berdaulat atas hidup dan tujuan hidup kita.
Hanya Allah yang berhak menentukan untuk apa kita hidup di dunia, dan kita tak akan menemukan kedamaian sampai kita menemukan Allah sumber dan tujuan kehidupan kita. Sebagai milik Allah, adalah kewajiban kita untuk memuliakan Allah dengan hidup kita.
Allah tak hanya berdaulat atas hidup kita tetapi atas tujuan hidup kita. Manusia adalah makhluk yang mencari tujuan dan makna hidup, dan kita hanya dapat menemukan tujuan hidup kita dalam Tuhan yang menciptakan kita. Tujuan hidup kita tak lain adalah untuk memuliakan Allah (lih. Rm. 11:36).
Di atas telah dibahas bahwa agama berfungsi sebagai pemberi identitas, dan identitas adalah sumber makna. Jadi, kalau kita hendak menemukan apa makna hidup kita, di dalam Tuhan, pencipta yang berdaulat menentukan tujuan hidup kita itulah, kita memeroleh makna dan tujuan hidup kita.
Hal ini penting ketika kita membahas masalah karakter nanti. Untuk apa kita hidup berkarakter? Kedua, pengakuan dan kepercayaan akan kemahakuasaan dan kebesaran Allah mendorong kita untuk mengagumi kebesaran penciptaan Tuhan.
Hal ini mendorong kita kepada sikap bersyukur dan beribadah kepada Tuhan. Perasaan kagum, heran dan syukur mendorong kita bukan saja untuk memuji Tuhan tetapi juga untuk selalu berdoa dan memohon pertolongan-Nya.
Semua ini menjadi dasar dari kehidupan ibadah kita sebagai orang beriman. Anda bisa mengemukakan pertanyaan-pertanyaan kritis, mengapa agama harus memiliki ritus atau ibadah. Kekristenan juga tidak sepi dari ibadah sebagaimana juga agama-agama yang lain. Apa dasar dan tujuan dari ibadah kristiani?
Ketiga, karena Allah Pencipta adalah juga pribadi, manusia terpanggil untuk menjawab penyataan diri Allah dengan memasuki hubungan yang bersifat pribadi dengan-Nya. Jadi, pengetahuan saja tidak cukup, melainkan dibutuhkan hubungan pribadi.
Hubungan ini dipelihara dan dikembangkan melalui ibadah dan ketaatan kepada-Nya. Kita terpanggil bukan saja untuk mengetahui siapa Dia, melainkan untuk mengenal-Nya dan mengenal dalam arti alkitabiah berarti masuk dalam hubungan pribadi dengan-Nya (Groome 1980, 141).
2. Implikasi Kepercayaan kepada Allah sebagai Penyelamat bagi Kehidupan Praktis
Apa implikasinya bila kita percaya kepada Allah sebagai Sang Penyelamat dalam Yesus Kristus? Hal ini perlu kita renungkan oleh karena kepercayaan Kristen sebenarnya bertumpu pada kepercayaan akan Tuhan Yesus dan mengikutiteladan-Nya.
Pertama,
kepercayaan Kristen kepada Allah tidak terbatas kepada Allah yang Mahakuasa, Agung, dan Hebat yang wajib kita sembah tetapi juga kepada Allah sebagai Penyelamat menunjuk kepada hakikat Allah yang adalah kasih. Allah tidak hanya mengasihi tetapi Ia adalah kasih itu sendiri (lih. 1 Yohanes 4:8b).
Bacalah dengan teliti bagian Alkitab 1 Yoh. 4: 7-8 dan bertanyalah kepada diri sendiri apa implikasinya bila seseorang percaya kepada Allah yang adalah kasih.
Percaya adalah suatu respons manusia, dan percaya kepada Allah yang adalah kasih berarti merespons kasih Allah dengan jalan mengasihi Allah melalui kasih kita terhadap sesama manusia. Silakan Anda menanya secara kritis dan sebebas-bebasnya mengenai Allah adalah kasih!
Kedua,
kita percaya kepada Allah yang mengasihi manusia, yang berinisiatif mencari dan mendatangi manusia. Oleh karena kasih-Nya, yang persuasif (memberikan dorongan, tidak memaksa), kepercayaan kita merupakan jawaban terhadap Allah yang mengasihi kita.
Jawaban terhadap kasih Allah tak bisa lain adalah kasih kepada Allah melalui kasih kepada sesama dan alam ciptaan-Nya.
Kita tidak hanya percaya akan Allah yang jauh di sana, tetapi Allah yang hadir dan dekat dengan manusia, dan manusia dapat memasuki hubungan yang intim dengan-Nya dalam Kristus yang diberi nama Imanuel yang berarti Allah beserta kita.
Pengalaman inilah yang memungkinkan para murid dapat bertahan meskipun menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan hidup. Kita perlu menjaga keseimbangan antara gambaran tentang Allah yang transenden dan Allah yang berada di antara kita dan bersama kita dalam arti imanensi-Nya.
Bila kita hanya menekankan dimensi transendental, kita bisa teralienasi. Bila kita hanya menekankan imanensi-Nya, kadang bisa berakibat bahwa Allah sama dengan ciptaan-ciptaan lain.
Ketiga,
bila kita mengatakan percaya kepada Allah sebagai Sang Penyelamat dalam Yesus Kristus, kepercayaan ini harus dipahami bahwa keselamatan adalah karya Allah, anugerah Allah dan bukan hasil karya manusia yang dicapai karena prestasinya.
Kita boleh mengatakan bahwa dasar keselamatan adalah anugerah Allah sedangkan saluran keselamatan adalah iman yang menyelamatkan.
Iman bukan semata-mata pengakuan akal kita bahwa Allah ada dan menyelamatkan, melainkan bahwa kita menerima-Nya sebagai pengganti kita dalam menanggung hukuman dosa kita.
Realisasi (wujud nyata) keselamatan itu adalah suatu hubungan yang diubahkan dan hidup yang diperbaharui.
Artinya, kita memasuki suatu kualitas hidup baru, hidup dalam hubungan dan persekutuan yang benar dengan Allah, yang mendapat ekspresi dalam kedekatan hubungan kita dengan sesama, dan tanggung jawab memelihara alam semesta. Silakan Anda menanya secara kritis dan sebebas-bebasnya mengenai Allah Sang Penyelamat dalam Yesus Kristus!
Ekspresi keselamatan adalah suatu pengalaman penebusan dari hukuman dosa, penebusan dari hidup tanpa makna ke dalam hidup yang bermakna. Meskipun Yesus adalah manusia sejati, Ia juga Allah sejati.
Karena itu, dalam ibadah, baik melalui doa, puji-pujian, kita dapat mengarahkannya kepada Allah Sang Bapa Pencipta, tetapi juga kepada Yesus Sang Anak Penyelamat. Pada dasarnya, sasaran kita adalah kepada Allah yang satu, yang menyatakan Diri baik sebagai Bapa Pencipta maupun sebagai Anak Sang Penyelamat.
3. Implikasi Kepercayaan bahwa Allah adalah Pembaharu dalam Roh Kudus
Apakah implikasinya bila kita percaya kepada Allah yang menyatakan diri dalam Roh Kudus sebagaimana digambarkan di atas? Ajukanlah pertanyaanpertanyaan kritis Anda dari implikasi kepercayaan bahwa Allah adalah Pembaharu dalam Roh Kudus! Berikut ini kita hanya akan mengemukakan beberapa implikasi yang cukup penting.
Pertama,
kepercayaan kepada Allah yang menyatakan diri dalam Roh Kudus berarti bahwa manusia percaya kepada kuasa Allah yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, dan dapat bekerja dalam diri manusia untuk melakukan pembaharuan-pembaharuan.
Pembaharuan itu dapat mencakup iman atau kepercayaan seseorang, misalnya, dari tidak percaya menjadi percaya akan Allah yang Mahakasih dalam Yesus Kristus. Suatu perubahan dan pembaharuan akan orientasi hidup, prioritas kehidupan dan sebagainya.
Kedua,
kuasa Allah melalui Roh Kudus juga dapat memperbaharui orientasi nilai dan sikap hidup etis seseorang.
Sebagai contoh, dari kecenderungan hidup yang menuruti keinginan daging menuju kepada kecenderungan hidup yang menuruti Roh Kudus, sehingga menghasilkan buah Roh seperti kasih, damai sejahtera, sukacita, kesabaran, dan sebagainya (lih. Gal. 5:22-23).
Bacalah dengan teliti ayat tersebut serta bertanyalah pada diri sendiri secara kritis apa implikasi bila orang percaya bahwa Allah membaharui hidup manusia melalui Roh Kudus-Nya!
Ketiga,
kuasa Allah yang bekerja melalui Roh Kudus dapat membawa pembaharuan di dalam kehidupan persekutuan orang-orang percaya sehingga mereka dituntun kepada kebenaran, dan dimungkinkan untuk tekun dan setia mengemban tugas panggilannya di dunia ini untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani. Silakan Anda mengamati dan menafsirkan Yoh. 16:1 dst.
Keempat,
kepercayaan akan karya Allah di dalam Roh Kudus yang akan memperbaharui segala sesuatu kelak, memberi dasar kepada kehidupan yang berpengharapan bagi orang-orang percaya. Pengharapan akan penyempurnaan pemerintahan Allah sebagai Raja, di mana ada nilai-nilai Kerajaan Allah.
Pengharapan ini tidak membuat manusia menjadi pasif menunggu pembaruan dan penyempurnaan melainkan bertekun untuk mewujudkan pengharapannya kini dan di sini yang mencakup juga pembaruan tatanan sosial politik, ekonomi, menjadi lebih adil seperti yang diharapkan, yakni perjuangan menghadirkan masa depan yang diharapkan dalam kehidupan kini dan di sini.
Inilah yang disebut oleh ahli- ahli sosiologi sebagai utopia yang konkret, yang tidak hanya tinggal diam mengharapkan apa diharapkan terjadi begitu saja. Inilah yang disebut utopia yang abstrak oleh Ernst Bloch (Baum 1975).
Kepercayaan kepada Allah seperti digambarkan di atas, menantang orang percaya untuk menjalani hidupnya sebagai respons kepada Kerajaan Allah, yakni respons kepada Allah yang memerintah sebagai Raja. Hal ini akan menuntun kita kepada dasar-dasar kepercayaan berikutnya, yakni tentang siapakah manusia?
Posting Komentar untuk "Implikasi Kepercayaan kepada Allah"