3 Sistem Pariwisata
Menurut Mill dan Morison (1985), pariwisata
terkait erat dengan aktivitas perpindahan tempat yang merupakan sebuah sistem dimana
bagian-bagian yang ada tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait dengan satu sama lain
seperti jaring laba-laba (spider’s web).
Menurut Jordan (dalam Leiper, 2004:48) bahwa
sistem pariwisata adalah tatanan komponen dalam industri pariwisata di mana masingmasing komponen saling berhubungan dan membentuk sesuatu yang bersifat menyeluruh.
Sedangkan Bertalanffy (dalam Leiper, 2004:48) mendefinisikan sistem sebagai satu
kesatuan elemen yang saling terkait satu sama lain di dalamnya dan dengan
lingkungannya. Hall (2000:44) menggambarkan secara umum sistem pariwisata
mengandung 3 bagian penting, yaitu :
- a set of element
- The set of relationship between the element
- The set relationship those element and environment.
Bagian-bagian inilah yang akan menghasilkan suatu sistem yang saling terkait satu sama
lain.
Ada beberapa model sistem pariwisata yang dikenal.
Mill dan Morison (1985:2)
mengembangkan sistem pariwisata model jaringan laba-laba, dimana ada 4 subsistem yang
terkandung di dalamnya yaitu pasar (market), perjalanan (travel), pemasaran (marketing)
dan tujuan wisata (destination), dimana masing-masing komponen saling terkait satu sama
lain.
Mill dan Morison menganalogkan pasar sebuah konsumen yaitu bagian yang
berkaitan erat dengan kegiatan perjalanan karena pasar/konsumen adalah subyek atau
pelaku perjalanan, dimana pasar sangat berperan dalam melakukan pembelian perjalanan.
Keputusan untuk melakukan perjalanan/menjadi wisatawan atau tidak berkaitan erat
dengan sistem segmentasi pasar yang merupakan sebuah sistem tersendiri.
Menurut Hall (2000:51), sistem pariwisata terdiri dari 2 bagian besar yaitu supply
dan demand, dimana masing-masing bagian merupakan subsistem yang saling berinteraksi
erat satu sama lain. subsistem demand (permintaan) berkaitan dengan budaya wisatawan
sebagai individu.
Latar belakang pola perilaku wisatawan dipengaruhi oleh motivasi baik
fisik, sosial, budaya, spiritual, fantasi dan pelarian serta didukung oleh informasi,
pengalaman sebelumnya, dan kesukaan yang akan membentuk harapan dan image.
Motivasi, informasi, pengalaman sebelumnya, kesukaan, harapan, dan image wisatawan
merupakan komponen dari subsitem permintaan sebagai bagian dari sistem pariwisata.
Supply sebagai subsistem dari sistem pariwisata terdiri dari komponen seperti industri
pariwisata yang berkembang, kebijakan pemerintah baik nasional, bagian regional, maupun
lokal, aspek sosial budaya serta sumber daya alam, dimana masing-masing sub sistem dan
sub-sub sistem sebenarnya juga merupakan sistem tersendiri yang berinteraksi ke dalam
dan ke luar.
Baik supply dan demand akan mempengaruhi pengalaman yang terbentuk
selama melakukan aktivitas wisata.
Melihat pariwisata sebagai suatu sistem, berarti analisis mengenai berbagai aspek
kepariwisataan tidak bisa dilepaskan dari subsistem yang lain, seperti politik, ekonomi,
budaya, dan seterusnya, dalam hubungan saling ketergantungan dan saling terkait
(interconnectedness).
Sebagai sebuah sistem, antar komponen dalam sistem tersebut terjadi
hubungan interdepedensi, dimana perubahan pada salah satu subsistem akan menyebabkan
juga terjadinya perubahan pada subsistem yang lainnya, sampai akhirnya kembali
ditemukan harmoni yang baru.
Untuk mempertajam analisis mengenai sistem pariwisata, Prosser (dalam Mason,
2004 : 12) membagi sistem pariwisata dalam 4 subsistem yaitu pasar pariwisata, informasi, promosi dan petunjuk, lingkungan tujuan wisata dan transportasi dan komunikasi.
Lebih
lanjut Prosser mengatakan bahwa pasar pariwisata terkait erat dengan karakteristik lokasi,
pola-pola budaya, permintaan, kapasitas pengeluaran, dan musim.
Pasar wisata dalam melakukan aktifitas pariwisata memerlukan transportasi dan
komunikasi, menuju tujuan wisata, menuju atraksi wisata serta dari dan ke atraksi wisata.
Di tempat tujuan wisata akan berhubungan dengan sub sistem lingkungan tujuan wisata
yang terdiri dari interaksi timbal balik atraksi dan pelayanan serta fasilitas wisata serta
populasi dan budaya masyarakat yang didatangi (tuan rumah).
Persepsi wisatawan
terhadap lingkungan daerah tujuan wisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sub sistem informasi, promosi dan petunjuk.
Sub sistem ini berkaitan dengan pembentukan
image dan persepsi wisatawan, promosi dan penjualan, tersedianya pramuwisata dan
penunjuk jalan yang jelas, serta informasi dan publikasi.
Sejalan dengan model sistem pariwisata dari Prosser, Leiper mencoba menjelasksn
sistem pariwisata secara menyeluruh (whole tourism system) dimulai dengan
mendeskripsikan perjalanan seseorang wisatawan.
Dari hasil analisisnya mencatat 5
elemen sebagai subsistem dalam setiap sistem pariwisata yang menyeluruh, yaitu :
- Wisatawan (tourist) yang merupakan elemen manusia yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata
- Daerah asal wisatawan (traveler generating regions), merupakan elemen geografi yaitu tempat dimana wisatawan mengawali dan mengakhiri perjalanannya
- Jalur pengangkutan (transit route) merupakan elemen geografi tempat dimana perjalanan wisata utama berlangsung
- Daerah Tujuan Wisata (tourist destination region) sebagai element geografi yaitu tempat utama yang dikunjungi wisatawan.
- Industri pariwisata (tourist industry) sebagai elemen organisasi, yaitu kumpulan dari organisasi yang bergerak usaha pariwisata, bekerjasama dalam pemasaran pariwisata untuk menyediakan barang, jasa, dan fasilitas pariwisata (Suryadana dan Octavia, 2015).
Dalam sistem pariwisata, ada banyak aktor yang berperan dalam menggerakkan
sistem. Aktor tersebut adalah insan-insan pariwisata yang ada pada berbagai sektor. Secara
umum, insan pariwisata dikelompokkan dalam tiga pilar utama, yaitu (1) masyarakat, (2)
swasta, (3) pemerintah.
Yang termasuk masyarakat adalah masyarakat umum yang ada
pada destinasi, sebagai pemilik dari berbagai sumber daya yang merupakan modal pariwisata, seperti kebudayaan.Termasuk ke dalam kelompok masyarakat ini juga tokohtokoh masyarakat, intelektual, LSM dan media masa.
Selanjutnya dalam kelompok swasta
adalah asosiasi usaha pariwisata dan para pengusaha, sedangkan kelompok pemerintah
adalah pada berbagai wilayah administrasi, mulai dari pemerintah pusat, provinsi,
kabupaten, kecamatan, dan seterusnya.
Penyelenggaraan sistem pariwisata dapat berjalan dengan sempurna bila
komponen-komponen tersebut melebur menjadi satu dan saling mendukung satu dengan
lainnya.
Seperti kewajiban pemerintah daerah adalah bersama-sama merencanakan,
pembangunan, pengorganisasian, pemeliharaan dan pengawasan dengan pemerintah daerah
lainnya dalam segala sektor yang mendukung kegiatan pariwisata.
Pemerintah daerah
berserta instansi-instansinya, industri jasa dan masyarakat mempunyai kewajiban untuk
duduk bareng bekerjasama dengan pemerintah daerah lainnya dalam mengemas paketpaket wisata.
Tindakan itu patut dilakukan karena aktivitas pariwisata tidak dapat dilakukan
hanya pada satu area saja dan tersekat-sekat. Aktivitas pariwisata memerlukan ruang gerak
dan waktu yang fleksibel.
Adanya kerjasama dan komitmen akan terbentuk kemitraan yang
saling mengisi, maka aktivitas berwisata yang memiliki mobilitas tanpa batas itu tidak
akan mengalami kendala karena jalur-jalur yang menghubungkan antar atraksi wisata yang
satu dengan yang lainnya sudah tertata, terhubung dengan baik dan dari segi keamanan
dapat dikoordinasikan bersama.
Kegiatan promosi dapat dilakukan bersama-sama antara
pemerintah daerah dan swasta.
Demikian pula jika terdapat kekurangan-kekurangan baik sarana dan sumber daya
manusia yang kurang terampil pemerintah dapat membantu dalam bentuk fasilitator,
bantuan dana maupun pelatihan-pelatihan dan lain-lain.
Sedangkan industri jasa harus
memberikan pelayanan yang unggul dalam diferensiasi dan inovasi produk. Sebab, dengan
memberikan pelayanan yang excellent dibarengi dengan diferensiasi dan inovasi produk
wisatawan tidak akan pernah bosan untuk datang kembali.
Mereka akan selalu menemukan
hal baru di Daerah Tujuan Wisata.
Demikian pula masyarakat di sekitar obyek dan atraksi wisata harus ikut
berpatisipasi yang diwujudkan ke dalam tindakan memberikan perasaan aman yang berupa
keramahan dan perasaan yang tulus ketika menerima kedatangan wisatawan.
Di samping
itu, masyarakat harus ikut terlibat dalam mengambil keputusan pembangunan pariwisata,
berpartisipasi bersama-sama pemerintah daerah dan jasa-jasa kepariwisataan memelihara
sarana-sarana yang terdapat di obyek dan atraksi wisata dan ikut andil mendukung kegiatan
pariwisata dalam bentuk berjualan produk khas daerah tersebut dengan tidak lupa memperhatikan faktor higienis dan sanitasinya serta pelayanannya.
Posting Komentar untuk "3 Sistem Pariwisata"