Alam semesta adalah seluruh ruang yang di dalamnya terdapat kehidupan
biotik dan abiotik. Alam semesta beserta isinya mengalami proses dalam
pembentukan dan kehancuran. Keberadaan alam semesta yang sangat luas
terdiri atas unsur-unsur yang tak terhitung jumlahnya.
Dalam agama Buddha alam semesta dikenal dengan loka. Loka
mempunyai unsur terdiri dari nama dan rūpa. Rūpa merupakan unsur materi
di alam semesta ini. Unsur rūpa bagi makhluk hidup dikenal dengan jasmani.
Unsur-unsur materi yang lain di alam semesta seperti tanah, batu, tumbuhan,
dan bagunan. Semua unsur materi di alam semesta berproses dan mengalami
kehancuran.
Unsur nāma dikenal dengan batin yang terdiri atas perasaan
pencerapan bentuk-bentuk pikiran , dan kesadaran.
Perasaan, pencerapan dan bentuk-bentuk pikiran disebut juga cetasika, sedangkan
kesadaran disebut dengan citta. Semua yang terkandung dalam alam semesta
pada hakekatnya terdiri dari tiga komponen yaitu rūpa, citta, dan cetasika.
Alam semesta ini terbentuk dan kehancurannya
melalui suatu proses yang
berulang-ulang. Proses berulang tersebut sudah setua
usia waktu itu sendiri yang tak
terbayangkan oleh manusia
biasa. Bumi berulang kali
hancur dan terbentuk kembali,
siklus hancur lalu terbentuk
kembali, hingga hancur
kembali disebut satu siklus
dunia yang disebut māhakappa.
Lamanya satu māhakappa diibaratkan dengan lamanya waktu yang
diperlukan untuk menghabiskan sebuah bukit cadas yang berukuran
sangat besar, yang mulus tanpa cacat. Apabila batu cadas itu digosok
menggunakan gosokan sutra yang paling halus setiap seratus tahun
sekali, apabila batu cadas itu habis maka belum satu kappa terlampui.
Sistem Dunia
Dalam pandangan agama
Buddha, ada dua sistem dunia. Dua
sistem itu yaitu sistem dunia tunggal
(single world system) dan sistem
dunia beragam (multiple world
system).
Sistem dunia tunggal (single
world system) digambarkan bahwa
alam semesta merupakan sebuah
piringan datar yang disebut cakkavala.
Cakkavala dalam bahasa Pali
berarti bidang yang menyerupai roda. Dalam cakkavala terdapat alam-alam
surga (dewa) dan alam-alam brahma yang ada di atas piringan, serta alamalam rendah (neraka).
Di tengah cakkavala terdapat gunung Meru setinggi enam puluh ribu
yojana.
Setengah dari gunung ini terbenam dalam air, dan hanya bagian
atasnya yang terlihat. Ada enam gunung yang mengelilingi cakkavala dan
saling berhubungan. Ruang di antara gunung-gunung tersebut ditempati oleh berbagai jenis samudra.
Salah satunya dinamakan samudra Agung
(Mahasamudra), di mana di dalamnya terdapat empat buah benua. Keempat
benua tersebut terletak di utara (Uttarakuru), selatan (Jambudipa), timur
(Pubbavideha), dan barat (Aparayojana).
Sistem dunia yang beragam (multiple world system) terdapat tiga sistem
alam semesta. Tiga sistem itu yaitu seribu tata surya kecil (culanika loka dhatu),
sistem dari sejuta dunia menengah (dvisahassi majjhimanika lokadhatu),
sistem dunia terdiri dari satu miliar dunia besar (tisahassi mahasahassi
lokadhatu).
Seribu tata surya kecil meliputi sejauh matahari dan bulan berotasi pada
garis orbitnya, sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh
itu luas seribu tata surya. Di dalam seribu tata surya terdapat seribu matahari,
seribu bulan, seribu Sineru, seribu Jambudipa, seribu Aparayojana, seribu
Uttarakuru dan seribu Pubbavidehana. Seribu tata surya kecil disebut sahassi
culanika loka dhatu.
Sang Buddha mengajarkan aneka bentuk galaksi yang ada di alam
semesta ini terdapat dalam kitab Avatamsaka Sutra: Sistem dunia memiliki
aneka bentuk dan sifat yang berbeda. Beberapa di antaranya bulat bentuknya,
segi empat, beberapa di antaranya tidak bulat dan tidak pula segi empat.
Ada
perbedaan yang terhitung. Beberapa bentuknya seperti pusaran, beberapa
seperti gunung, kilatan cahaya, pohon, bunga, istana, makhluk hidup dan
beberapa seperti Buddha.
Awal Terbentuknya Alam Semesta
Terbentuknya alam semesta diawali dengan dunia ini yang berproses dalam
waktu cepat atau lambat mengalami kehancuran. Pada saat kehancuran bumi,
makhluk-makhluk sebagian besar terlahir di alam Abhassara (alam cahaya).
Pada saat bumi terbentuk kembali, makhluk-makhluk yang meninggal di alam
Abhasara terlahir kembali ke bumi sebagai manusia. Pada awal terbentuknya bumi,
pada saat itu hanya tampak air
diselimuti kegelapan.
Tidak ada
bulan, matahari, bintang, siang dan
malam. Tidak ada laki-laki dan
perempuan. Makhluk-makhluk hanya dikenal sebagai makhluk saja.
Setelah waktu yang sangat lama,
tanah dengan sarinya yang lezat
muncul di atas permukaan air seperti
bentuk-bentuk buih (busa).
Tanah ini
memiliki warna, bau, rasa seperti mentega murni dengan kualitas terbaik dan
sangat manis bagaikan madu murni.
Makhluk yang memiliki sifat serakah (lolajatiko) berusaha mencicipi
dan makan sari tanah yang seperti madu dengan jarinya.
Setelah berusaha
mencicipi dan makan, timbul keinginannya untuk memecahkan gumpalangumpalan sari tanah. Akibat dari tindakannya itu, cahaya dalam tubuhnya
pun menjadi lenyap. Bulan dan matahari muncul, siang dan malam dapat
dibedakan, bulan, minggu dan tahun serta musim muncul.
Makhluk-makhluk makan sari tanah seperti madu murni dalam waktu yang
lama sehingga penampilan mereka berbeda. Ada yang rupawan dan buruk rupa.
Makhluk yang rupawan menjadi sombong terhadap makhluk yang buruk rupa.
Akibatnya tanah yang lezat lenyap berganti tumbuh-tumbuhan dari tanah
(bhumipapatiko) yang cara tumbuhnya seperti jamur berjenis cendawan.
Jamur juga memiliki warna, bau, dan rasa seperti mentega yang manis
bagaikan madu murni.
Makhluk-makhluk mulai makan jamur sehingga
perbedaan penampilan mulai meningkat. Sifat sombong dan angkuh muncul
pada penampilan yang buruk rupa. Akibatnya, jamur manis lenyap berganti
tumbuhan menjalar (badalata) yang cara tumbuhnya seperti bambu, rasanya
juga sangat manis bagaikan madu murni.
Makhluk-makhluk mulai memakan tanaman merambat sehingga tubuhnya
menjadi lebih padat dan perbedaan penampilan lebih meningkat. Makhlukmakhluk itu pun menjadi semakin sombong, sehingga tanaman merambat
pun lenyap.
Makhluk-makhluk berkumpul dan meratap menyesali tanaman
merambat lenyap. Setelah tanaman merambat lenyap berganti tumbuhan padi
(sali). Tumbuhan padi (sali) masak di alam terbuka (akattha pako). Tumbuhan
padi adalah tanaman (sali) tanpa dedak dan sekam serta halus dan berbutiran
bersih.
Makhluk-makhluk yang mempunyai sifat malas mulai mengumpulkan
padi untuk dua hari, empat hari, dan delapan hari. Padi yang telah dituai
batangnya tidak tumbuh kembali sehingga terjadi masa menunggu. Batangbatang padi mulai tumbuh serumpun.
Makhluk-makhluk mulai makan padi
yang disimpan dan dedak mulai menutup butiran padi. Makhluk-makhluk ini
pun mulai makan butiran padi (sali). Hal ini berlangsung selama waktu yang
sangat lama sehingga perbedaan penampilan lebih meningkat.
Bagi yang wanita
tampak kewanitaannya dan laki-laki tampak kelaki-lakiannya. Kemudian,
laki-laki sangat memperhatikan keadaan wanita, dan wanita memperhatikan
tentang keadaan laki-laki. Karena saling memperhatikan keadaan satu sama
lain maka timbullah nafsu indra dalam tubuhnya. Sebagai akibat adanya nafsu
indra tersebut, mereka melakukan hubungan kelamin (methuna).
Posting Komentar untuk "Alam Semesta dalam Perspektif Agama Buddha"