Niyama dan Konsep Penciptaan
Dengan mempelajari dan memahami lima niyama ini, seseorang dapat sampai
pada kesimpulan, “Tidak ada penguasa dunia ini, tidak ada ‘pencipta’ yang
menciptakan alam semesta, melainkan hukum tertib kosmis yang berunsur lima.
Semua adalah hasil dari sebab dan akibat yang muncul dan lenyap setiap saat.
Tidak ada yang berdiam di dunia yang bersifat sementara ini, oleh sebab itu tidak
ada ketenangan abadi yang dapat ditemukan, tetapi pada sisi lain, dapat ditemukan
pada dunia yang selalu berubah ini di mana tidak ada kemenjadian (jati) melalui
ketiadaan sebab.
Untuk mencapai tempat tersebut di mana ketenangan abadi
berada kita harus menapaki Jalan Mulia Berunsur Delapan yang menghubungkan
dunia ini menuju jalan keluar. Ketika kita mendekati Nibbana, kita secepat
mungkin menarik pijakan terakhir kita dari dunia ini, maka kita seketika naik
menuju lokuttara-bhumi, kedamaian Nibbana.
Terdapat dua jenis konsep penciptaan di dunia ini, yaitu issara-kutta dan
brahma-kutta. Konsep penciptaan di mana orang-orang mempercayai adanya
penguasa tertinggi seluruh alam semesta yang selamanya tinggal di surga dan
menciptakan segalanya disebut issara-kutta atau issara-nimmana (diciptakan
oleh issara/isvara atau ‘Tuhan’).
Konsep di mana orang-orang mempercayai
adanya brahma yang selamanya tinggal di surga yang menciptakan segalanya dan
menguasai seluruh alam semesta disebut brahma-kutta. Di sini issara atau brahma
hanya berbeda dalam istilah, namun keduanya menunjuk pada sosok penguasa
dunia dan pencipta yang sama.
Brahma merupakan nama yang dipakai oleh kaum
brahmana dan telah menjadi gagasan umum yang diterima di alam manusia,
dewa, dan brahma sejak awal dunia. Issara bukan gagasan yang umum, melainkan
adopsi imaginatif yang dibuat oleh mereka yang gagal mendapatkan pengetahuan
tentang asal mula dunia dan sebab pertama segala hal dalam kehidupan.
Untuk
menghilangkan pandangan salah ini, para komentator kitab suci Tipitaka
memaparkan hukum tertib kosmis ini.
Mahabrahma dapat menyinari lebih dari ribuan sistem dunia dengan pancaran
cahayanya yang cemerlang.
Ia dapat melihat segala sesuatu dalam dunia-dunia
tersebut, mendengarkan suara-suara, pergi ke tempat mana pun dan kembali
sekehendak hatinya dalam seketika, dan membaca pikiran para manusia dan dewa.
Berhubungan dengan kekuatan menciptakan dan mengubah sesuatu, mahabrahma
dapat menciptakan atau mengubah tubuhnya sendiri atau objek eksternal apa pun
menjadi berbagai bentuk.
Namun ini hanya bagaikan pertunjukan sulap di mana
ketika ia menarik kembali kekuatannya, semuanya akan lenyap.
Kenyataanya, ia tidak dapat menciptakan mahkluk hidup dan benda yang
sesungguhnya, bahkan kutu atau telurnya sekalipun.
Dalam menciptakan
taman dan pepohonan dengan kekuatan batinnya, ia dapat menciptakan dan
memperlihatkannya secara sementara, tidak substansial, tidak nyata, meniru dan
menyerupai hal-hal yang diinginkan.
Ia tidak dapat menciptakan sebuah pohon
bahkan sehelai rumput sekalipun.
Hal ini disebabkan karena kemunculan suatu fenomena, kemunculan suatu
makhluk hidup, atau pertumbuhan tanaman bukan dalam jangkauan kekuatan
batin, tetapi dalam jangkauan hukum kosmis, seperti Dhamma-niyama, Kammaniyama, dan Bija-niyama.
Benda-benda yang diciptakannya hanya bertahan ketika
iddhi (kekuatan batin) sedang berperan dan akan lenyap segera setelah iddhi
ditarik. Terjadinya musim panas, hujan, dan dingin merupakan proses alamiah
dari hukum cuaca dan bukan kendali kekuatan batin.
Mahabrahma dapat memindahkan ribuan manusia dalam kehidupan
sekarang ke surga jika ia menginginkannya. Ia tidak dapat membuat mereka
tidak mengalami usia tua dan kematian, bahkan ia tidak dapat menghalangi
dan menyelamatkan mereka dari kelahiran kembali di alam yang menderita.
Hal ini disebabkan karena unsur-unsur materi dan mental yang menyusun pribadi
manusia berada dalam pengaruh hukum alam (Dhamma-niyama) dari kelahiran,
usia tua, dan kematian.
Ia tidak dapat membuat manusia atau makhluk mana pun
terlahir kembali di surga setelah mereka meninggal karena lahirnya kehidupan
baru di alam yang baru setelah kematian bukan dalam lingkungan kendali iddhi
melainkan dalam kendali Kamma-niyama.
Di dunia ini orang yang membunuh dan memakan unggas dan selalu mabuk
minuman keras pasti jatuh ke alam yang menderita setelah kematian walaupun
setiap hari rajin berdoa dan mengunjungi tempat ibadah. Mahabrahma atau
‘Tuhan’ tidak dapat menyelamatkannya bagaimana pun, karena ini berada dalam
jangkauan Kamma-niyama dan bukan jangkauan iddhi.
Sebaliknya, siapa pun
yang tidak mempercayai konsep issara-kutta dan brahma-kutta, yang menyakini
hukum kamma dan menjauhi perbuatan buruk dan selalu mengembangkan
perbuatan baik, pasti naik ke alam yang bahagia setelah kematiannya.
Mahabrahma
tidak dapat mencegahnya datang ke surga, karena pengaruh iddhi tidak dapat
menolak jalannya hukum moral. Mahabrahma tidak dapat mempertahankan dan
menyelamatkan bahkan dirinya sendiri dari kejatuhan ke alam rendah.
Pada sisi lain, agama Buddha mengajarkan bahwa banyak siklus dunia telah
terbentuk di masa lampau dan banyak lagi yang lain akan mengikuti siklus dunia
yang sekarang secara bergantian.
Ia juga mengajarkan bahwa dunia memiliki awal
dan akhir serta terdapat sebab yang disebut hukum alam atas pembentukan dan
kehancuran setiap dunia, dan hukum alam ini ada selamanya dan terus berjalan
dalam ruang waktu yang tak terhingga. Oleh sebab itu, umat Buddha seharusnya
tidak menganut pandangan salah tentang penciptaan baik issara-kutta ataupun
brahma-kutta.
Posting Komentar untuk "Niyama dan Konsep Penciptaan"