Pewarisan Sifat pada Manusia
Anda telah mempelajari pola-pola pewarisan sifat dengan contohcontohnya pada hewan dan tumbuhan. Bagaimanakah pola pewarisan pada
manusia? Untuk dapat mengaplikasikan pola-pola pewarisan sifat yang
dikemukakan Mendel pada manusia, sebelumnya harus diketahui ciri atau
sifat yang diwariskan dan dipengaruhi oleh satu gen.
Selain melalui peta silsilah, cara lain untuk mengetahui apakah sifat
yang diwariskan pada manusia disebabkan secara genetis, yaitu meneliti
kromosom secara langsung.
Gen polidaktili memiliki pengaruh yang bervariasi terhadap fenotipe.
Terkadang menghasilkan jari tambahan di tangan, kaki, atau keduanya.
Hal ini tidaklah mudah, karena terkadang sulit untuk mengetahui suatu
ciri sebagai ciri yang diwariskan atau sebagai pengaruh lingkungan. Hal lain
yang menyulitkan, yakni pada manusia tidak dapat dilakukan test cross seperti
halnya pada hewan dan tumbuhan.
Manusia juga tidak menghasilkan
keturunan sebanyak tumbuhan atau hewan. Oleh karena itu, biasanya
bergantung pada catatan keluarga mengenai kelahiran, perkawinan, dan
kematian untuk mengungkapkan pewarisan sifat pada manusia.
Catatan tersebut dibuat dalam bentuk pedigree atau peta silsilah. Peta
silsilah ini dibuat dalam beberapa generasi sehingga dari peta silsilah tersebut
dapat diketahui riwayat kondisi kesehatan serta sifat-sifat yang diturunkan
pada keluarga tersebut. Berikut ini contoh peta silsilah tiga generasi.
Peta silsilah (pedigree) |
Proses ini dilakukan dengan pewarnaan
kromosom saat metafase (mitosis) memfoto, memotong-motong gambarnya,
dan mengatur berdasarkan ukuran dan bentuk. Cara ini membantu
mengungkap kelainan kromosom pada manusia, seperti sindrom Down.
1. Abnormalitas dan Penyakit Turunan
Sifat abnormal adalah sifat yang tidak umum dalam populasi. Anda
dapat mengetahui sifat abnormal sebagai ciri yang sangat berbeda. Sifat
abnormal secara genetis terkadang menjadi masalah. Penyakit genetis
atau turunan merupakan kelainan yang disebabkan oleh gen atau
kelompok gen.
Penyakit ini dapat diturunkan, bersifat tetap dan tidak
menular. Penyakit turunan umumnya bersifat resesif dan individu dengan
sifat heterozigot (carrier) sering tidak menyadari bahwa mereka pembawa
sifat abnormal. Akhirnya, mereka menghasilkan keturunan yang
menderita kelainan.
a. Pewarisan Penyakit Hormon Melalui Autosom
Penyakit turunan dapat diwariskan melalui autosom atau kromosom
sel tubuh. Penyakit ini di antaranya gangguan mental, albinisme,
brakidaktili, dan polidaktili.
1) Gangguan Mental
Beberapa gangguan mental yang sudah diketahui pada manusia di
antaranya imbisil, debil, dan idiot. Penyebab gangguan mental ini
bermacam-macam, di antaranya metabolisme abnormal fenilalanin yang
menyebabkan penyakit yang disebut fenilketonuria (FKU).
Penyakit FKU disebabkan oleh kegagalan tubuh penderita menyintesis
enzim yang mengubah fenilalanin menjadi tirosin. Konsentrasi fenilalanin
tinggi dalam darah penderita menyebabkan kerusakan pada otak sehingga
berakibat terjadinya kelainan mental. Sifat ini dikendalikan oleh gen
resesif.
Perkawinan antara sesama carrier FKU |
2) Albinisme
Albinisme adalah kelainan yang disebabkan ketidakmampuan tubuh
membentuk pigmen melanin. Keadaan ini menyebabkan penderita albino
tidak memiliki pigmen kulit, iris, dan rambut. Kulit dan mata penderita
albino sangat sensitif terhadap cahaya dan mereka harus menghindar
dari cahaya matahari yang terlalu terang.
Albinisme ini disebabkan oleh alel resesif yang ditemukan pada
autosom. Seorang anak albino dapat lahir dari pasangan orang tua yang
keduanya normal heterozigot atau dari pasangan normal dan albino.
Perkawinan antara albino dan normal ca ie |
3) Brakidaktili
Brakidaktili merupakan kelainan pada ruas-ruas jari yang memendek
pada manusia. Kelainan ini disebabkan oleh gen dominan (B) yang bersifat
letal. Jika gen dalam keadaan homozigot dominan (BB) akan bersifat
letal. Dalam keadaan heterozigot (Bb), individu menderita kelainan
brakidaktili. Adapun keadaan gen homozigot resesif (bb) individu normal.
Diagram perkawinan sesama penderita brakidaktili |
4) Polidaktili
Polidaktili adalah kelainan pada manusia berupa bertambahnya jari
tangan atau kaki dari jumlah normal. Kelainan ini disebabkan oleh gen
dominan homozigot pada autosom. Jika gen dominan polidaktili
dilambangkan P maka individu dengan gen homozigot dominan (PP)
dan heterozigot (Pp) akan menderita polidaktili. Adapun individu dengan
gen homozigot resesif (pp) bersifat normal.
Diagram perkawinan antara penderita polidaktili dan individu normal |
Polidaktili juga memperlihatkan sifat penetrasi parsial, terkadang gen
tersebut tidak memengaruhi apa-apa dan individu dengan gen tersebut
tetap memiliki jumlah jari kaki dan tangan yang normal.
b. Pewarisan Penyakit Turunan pada Gonosom
Selain melalui autosom, terdapat beberapa penyakit turunan yang
diwariskan melalui gonosom (kromosom seks) sehingga penyakit tersebut
terpaut seks. Beberapa penyakit tersebut, antara lain buta warna dan hemofilia.
1) Buta Warna
Buta warna merupakan penyakit turunan yang menyebabkan
penderita tidak dapat membedakan warna-warna tertentu. Terdapat dua
jenis buta warna, yakni buta warna parsial dan buta warna total. Pada
buta warna parsial, penderita tidak dapat membedakan beberapa warna
saja.
Contohnya merah-hijau dan biru-hijau. Adapun buta warna total,
ia tidak bisa membedakan semua jenis warna. Buta warna disebabkan oleh gen resesif buta warna (cb) yang terpaut
pada kromosom X. Oleh karena itu, terdapat beberapa kombinasi genotipe
yang dapat terjadi.
2) Hemofilia
Kelainan lain yang diwariskan melalui gonosom, di antaranya
hemofilia. Kelainan ini menyebabkan tubuh tidak dapat membuat protein
yang diperlukan dalam pembekuan darah. Penderita hemofilia dapat
kehabisan darah dan meninggal dunia hanya karena luka kecil.
Selama beberapa generasi, kasus hemofilia terjadi pada keluarga
kerajaan Inggris. Setelah para ilmuwan meneliti peta silsilah keluarga
kerajaan, diketahui bahwa gen hemofilia diturunkan oleh Ratu Victoria
yang memiliki genotipe heterozigot (carrier) hemofilia.
Hemofilia dikendalikan oleh gen resesif yang terpaut kromosom X,
seperti halnya buta warna. Pada perempuan dengan gen resesif homozigot,
gen ini bersifat letal. Mungkin, calon bayi tersebut akan mati dalam
kandungan sehingga tidak akan ditemukan wanita hemofilia. Laki-laki
penderita hemofilia umumnya tidak hidup hingga dewasa karena sulitnya
penanganan hemofilia.
2. Golongan Darah
Pernahkah Anda memeriksakan golongan darah Anda? Apakah
hasilnya? A, B, AB, atau O? Golongan darah merupakan salah satu ciri
yang diwariskan pada manusia. Penentuan golongan darah ini berdasarkan
ada atau tidaknya reaksi penggumpalan antardarah.
Berdasarkan hal
tersebut, terdapat beberapa macam penggolongan darah, di antaranya
sistem AB , sistem M , dan sistem R .
a. Sistem ABO
Penggolongan darah sistem ABO ditemukan oleh K. Landsteiner
sekitar 1900. Ia menemukan bahwa terkadang jika darah seseorang
dicampurkan dengan yang lain, terjadi reaksi penggumpalan (aglutinasi).
Akan tetapi, pada orang lain hal tersebut terkadang tidak terjadi.
Berdasarkan hal inilah terbentuk empat jenis golongan darah, A, B, AB,
atau O (nol).
Proses penggumpalan antargolongan darah dipengaruhi oleh
kandungan aglutinogen atau antigen (antibody generator) serta aglutinin
(antibody) pada darah-darah tersebut. Jika antigen bertemu dengan
antibodi lawannya, darah akan menggumpal.
Fenotipe dan Genotipe Golongan Darah Sistem A B O |
Berdasarkan tabel tersebut, seseorang dengan golongan darah A
tidak dapat menerima darah golongan B. Begitu juga sebaliknya. Pada
individu dengan golongan AB, secara teori dapat menerima semua
golongan darah karena tidak memiliki antibodi.
Bagaimana jika seseorang
memiliki golongan darah O?
Golongan darah dikendalikan oleh gen I (iso aglutinogen) yang
memiliki tiga macam alel, IA, I,B, dan IO. Alel IA mengendalikan
pembentukan antigen A dan alel IB mengendalikan pembentukan antigen
B.
Adapun alel IO tidak membentuk antigen. Alel IO bersifat resesif
terhadap alel IA dan IB. Alel IA dan IB bersifat kodominan, dua gen tersebut
terekspresikan dan tidak ada yang dominan. Perhatikan kembali tabel di
atas untuk memahami sifat-sifat alel tersebut.
Bagaimanakah golongan darah ABO dapat diwariskan kepada
keturunannya? Perhatikan contoh-contoh berikut.
Diagram pewarisan golongan darah AB |
b. Sistem MN
Pada 1927, K. Landsteiner dan P. Levine menemukan antigen baru
yang disebut antigen-M dan antigen-N. Sel darah merah manusia dapat
mengandung salah satu atau kedua antigen tersebut sehingga terdapat
golongan darah M, MN, dan N.
Pada darah manusia, tidak terdapat aglutinin (zat penggumpal) untuk
antigen-antigen ini sehingga transfusi darah tidak dipengaruhi sistem
golongan darah ini (Suryo, 2001: 262). Namun, jika antigen tersebut
disuntikkan ke dalam tubuh kelinci akan terbentuk anti-M atau anti-N
dalam darah kelinci yang dapat menggumpalkan darah tersebut.
Kemudian, zat anti-M dan anti-N yang dihasilkan darah kelinci,
digunakan untuk menentukan golongan darah MN pada manusia dengan
melihat reaksi penggumpalan eritrosit. Hal inilah yang menentukan
penggolongan darah sistem MN pada manusia.
c. Sistem Rhesus
Penggolongan darah berdasarkan sistem Rh ditemukan oleh
K. Landsteiner dan A. S. einer pada 1940. Rh merupakan
singkatan dari rhesus, diambil dari nama kera acaca rhesus. Pada
kera ini didapati antigen yang memicu penggumpalan darah kera
oleh antibodi darah kelinci dan marmot yang disuntikkan.
Kelinci
dan marmot membentuk antiserum yang kemudian digunakan
untuk menguji darah manusia.
Berdasarkan pengujian, darah manusia dibedakan atas Rh+ dan Rh.
Individu Rh+ memiliki antigen rhesus. Adapun individu Rh–
tidak
memiliki antigen rhesus. Pembentukan antigen Rh ini dikendalikan oleh
gen IRh yang dominan terhadap Irh.
Jika janin yang dikandung Rh+, sedangkan ibu Rh–
, pada kehamilan
pertama bayi tersebut terlahir selamat. Hal ini disebabkan antibodi ibu
terhadap antigen Rh–
belum banyak diproduksi.
Akan tetapi, pada
kehamilan kedua, jika janin Rh+, janin tersebut akan diserang oleh
antibodi ibu (anti–Rh+). Akibatnya, jika janin Rh+, akan menderita
eritroblastosis fetalis. Keadaan ini tidak terjadi jika pria Rh–
dan wanita
Rh+ atau keduanya memiliki golongan Rh yang sama.
Posting Komentar untuk "Pewarisan Sifat pada Manusia"