Setiap perubahan yang terjadi dalam suatu bidang akan membawa
perubahan di bidang lainnya. Hal ini dikarenakan dalam struktur
masyarakat setiap bidang saling kait-mengait satu sama lain. Contoh,
perubahan di bidang politik akan berdampak pada bidang ekonomi
dan seterusnya.
Selain itu, setiap perubahan yang terjadi akan berdampak positif maupun negatif bagi kehidupan masyarakat. Sebagaimana telah dijelaskan pada materi sebelumnya, bahwa proses
perubahan dapat menuju ke arah kemajuan di mana dapat
menguntungkan serta meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat
yang sering disebut dengan istilah progress.
Namun, tidak menutup
kemungkinan perubahan dapat berupa kemunduran di mana dapat
merugikan kehidupan sosial masyarakat yang biasanya tidak
dikehendaki.
Perubahan ini biasanya disebut regress. Kesemua
perubahan-perubahan di atas membawa dampak yang berbeda-beda
bagi kehidupan masyarakat. Bagaimana dampak perubahan sosial
secara keseluruhan dapat kita pelajari pada pembahasan di bawah
ini.
1. Dampak Umum Perubahan Sosial
Terjadinya proses perubahan tentu akan membawa dampak bagi
lingkungan sekitar yang kemudian disusul perubahan lain. Misalnya,
dicanangkannya Kota Selo, Boyolali sebagai kota rekreasi alam
menjadikan kota tersebut ramai akan wisatawan.
Perubahan ini
mendorong masyarakat sekitar yang mula-mula hidup sebagai petani
sayur-mayur berinisiatif untuk membuka ”home stay” sebagai usaha
sampingan. Dengan begitu, pendapatan ekonomi warga menjadi meningkat yang akhirnya menciptakan kesejahteraan sosial
masyarakat. Namun, perubahan-perubahan ini pun
memengaruhi pola perilaku masyarakat.
Bahkan, pandangan mereka terhadap nilai dan norma akan bergeser
sebagai akibat pengaruh masyarakat dari luar sebagai
wisatawan. Oleh karenanya, setiap perubahan akan diiringi
oleh dampak negatif dari perubahan itu.
Akan tetapi, tidak
dimungkiri terjadinya perubahan justru membawa
keuntungan.
Dampak negatif perubahan sosial dalam masyarakat
memunculkan suatu keadaan di mana norma-norma atau
nilai-nilai lama memudar.
Sedangkan norma-norma atau
nilai-nilai baru terbentuk, sehingga terjadi kekosongan,
tidak ada pegangan terhadap apa yang baik dan apa yang
buruk bagi masyarakat. Keadaan ini dinamakan anomie.
Nilai dan norma sebagai pengatur perilaku sering terjadi terutama di
kota-kota besar.
Setiap individu mempunyai pegangan nilai dan norma
yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan masing-masing. Standar
baik dan buruk menjadi kabur sehingga yang muncul adalah perilakuperilaku negatif.
Dengan kata lain, suatu kondisi yang anomie
kemungkinan besar perilaku negatif yang terjadi.
Perubahan sosial juga dapat menimbulkan terjadinya cultural lag.
Suatu keadaan di mana terjadi kesenjangan antara berbagai bagian
dalam suatu kebudayaan.
Hal ini dikarenakan perubahan pada suatu
bagian tidak diikuti perubahan di bidang lainnya. Misalnya,
perkembangan teknologi komunikasi internet tanpa
diimbangi dengan kematangan moral setiap individunya
justru akan menimbulkan masalah sosial dalam masyarakat.
Komunikasi yang bebas melalui internet perlu
diimbangi sikap bijak dalam menghadapi pengaruhnya.
Tanpa adanya filter dalam diri individu, perkembangan
komunikasi internet menjadi bumerang bagi kepribadian
diri dan kondisi bangsa.
Sebagai contohnya, paham-paham
bebas yang ditawarkan dunia Barat melalui internet,
kejahatan-kejahatan dunia maya yang kerap terjadi, pembobolan kartu kredit melalui jaringan internet, penipuan,
perusakan file penting dalam pemerintah, dan lain-lain.
Selanjutnya, perubahan sosial mampu pula membentuk gejala yang disebut mestizo cultural. Mestizo
cultural merupakan suatu proses percampuran unsur
kebudayaan yang satu dengan unsur kebudayaan yang
mempunyai warna dan sifat yang berbeda.
Gejala ini
ditandai adanya pola konsumsi yang berlebihan serta sikap
pamer kekayaan antarmasyarakat. Contoh, maraknya
teknologi handphone di kalangan remaja dan anak-anak.
Saat ini handphone menjadi barang penting dalam
pergaulan anak-anak.
Bukan penting dalam arti sebagai
sarana komunikasi melainkan penting sebagai ajang
meningkatkan prestise diri. Atau maraknya pembelian
barang-barang mewah oleh masyarakat desa. Padahal setiap
mereka tidak mengetahui fungsi dan kegunaannya.
Kesemua ini hanya digunakan untuk menaikkan status
sosial mereka sebagai orang kaya.
Tidak menutup kemungkinan perubahan-perubahan yang terjadi
mampu menimbulkan konflik-konflik sosial yang membentuk
disintegrasi. Hal ini dikarenakan perubahan di suatu bidang tanpa
diimbangi oleh perubahan di bidang lain yang saling berkaitan.
Kondisi ini menimbulkan ketidakserasian sosial atau disintegrasi.
Dengan kata lain, disintegrasi sosial merupakan suatu kondisi atau
keadaan di mana tidak ada suatu keserasian antara unsur-unsur
kebudayaan atau lembaga-lembaga.
Dalam sosiologi, disintegrasi
dinamakan juga disorganisasi. Kesemua kondisi ini menimbulkan
konflik sosial sebagai dampak negatif perubahan sosial.
2. Disintegrasi sebagai Dampak Perubahan
Sosial
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat jelas akan
mengakibatkan konflik-konflik dalam masyarakat. Cobalah
amati lingkungan sekitarmu, adakah konflik yang
ditimbulkan akibat perubahan sosial?
Pada dasarnya konflik-konflik dan ketegangan sosial
yang ditimbulkan oleh perubahan sosial jika terus-menerus
dibiarkan akan membawa proses disintegrasi.
Disintegrasi
adalah suatu keadaan di mana orang-orang di dalam
masyarakat tidak dapat lagi menjalin kerukunan dan
kebersamaan, melainkan saling bertikai dan saling
menghancurkan sehingga terjadi perpecahan dalam
kehidupan sosial.
Adapun ciri-ciri terjadinya disintegrasi
di suatu masyarakat antara lain:
- Ketidaksamaan tujuan antara anggota suatu kelompok
sehingga tidak ada keterpaduan.
- Sebagian besar anggota kelompok tidak mematuhi norma-norma
yang berlaku.
- Menurunnya wibawa tokoh-tokoh pemimpin kelompok.
- Kurang berfungsinya sanksi sebagaimana mestinya.
Di dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, banyak terjadi
masalah sosial yang muncul sebagai perwujudan dari gejala
disintegrasi. Seperti, banyaknya cekcok antaranggota keluarga,
sengketa antarkelompok masyarakat, konflik antaretnis maupun gejala
separatisme.
Kesemua contoh tersebut merupakan masalah sosial yang
dapat mengarah pada munculnya disorganisasi sosial sebagai akibat
perubahan sosial.
Secara umum terdapat beberapa bentuk disintegrasi dalam
masyarakat antara lain:
a. Pergolakan Daerah
Pergolakan daerah merupakan suatu proses pergolakan
yang terjadi di daerah. Biasanya pergolakan ini timbul
karena membela kepentingan daerah yang berkaitan
dengan latar belakang ekonomi, politik, kesenjangan
sosial, ketidakadilan, etnis, agama, dan lain-lain.
Misalnya terjadinya kerusuhan-kerusuhan di daerah,
gerakan separatisme, dan lain-lain.
b. Aksi Protes dan Demonstrasi
Aksi protes biasanya muncul dikarenakan ketidakpuasan masyarakat terhadap cara kerja sebuah instansi.
Tidak dapat dimungkiri dalam aksi ini orang-orang
melakukan tindakan destruktif sebagai ungkapan rasa
kekecewaan mereka.
Akibat aksi ini dapat memunculkan kondisi disintegrasi bangsa. Misalnya aksi protes mahasiswa menuntut transparansi kinerja pemerintah aksi
protes buruh menuntut kenaikan upah.
c. Kriminalitas
Kriminalitas merupakan jenis perilaku menyimpang dari normanorma sosial masyarakat yang biasanya merugikan orang lain. Contoh: perampokan, pembunuhan, pencurian dengan kekerasan,
dan lain-lain.
d. Prostitusi atau Pelacuran
Menurut Soerjono Soekanto, prostitusi sebagai suatu pekerjaan
yang bersifat menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan
perbuatan seksual dengan imbalan upah. Bentuk disintegrasi ini
biasanya merebak di kota-kota besar, daerah-daerah pariwisata,
dan lain-lain.
e. Kenakalan Remaja
Adanya kenakalan remaja disebabkan fungsi keluarga yang kurang
berperan dalam pengawasan anak. Menurut Fuad Hasan,
kenakalan remaja sebagai perbuatan antisosial yang dilakukan oleh
seorang remaja yang apabila dilakukan oleh orang dewasa
diartikan tindak kejahatan.
Tindakan ini mampu menimbulkan
keresahan masyarakat yang akhirnya mendorong terjadinya
disintegrasi bangsa. Contoh: perkelahian, kebut-kebutan,
membolos, dan lain-lain.
Posting Komentar untuk "Perubahan Sosial dan Dampaknya"