Cobalah menyimak berita di media massa. Begitu banyak tindakantindakan manusia yang menyimpang dari nilai dan norma yang ada.
Seperti, seorang pelajar berani mencuri dompet di pasar, sekelompok
pelajar yang terlibat dalam tawuran, seorang ibu yang membuang anaknya sendiri, seorang mahasiswa yang menjadi pengedar narkoba, atau
sekelompok orang tertangkap gara-gara judi. Faktor-faktor ini membuktikan banyaknya perilaku menyimpang dalam masyarakat. Dari sini dapat
terlihat, bagaimana masyarakat saat ini memandang norma dan nilai.
Banyaknya perilaku menyimpang dalam masyarakat mendorong
para ahli mengklasifikasikan bentuk-bentuk perilaku menyimpang
tersebut. Akhirnya, didapat tiga bentuk pembedaan perilaku
menyimpang yaitu apabila dilihat dari tujuannya, ditinjau dari
sifatnya, dan dikaji dari jumlah pelakunya.
1. Berdasarkan Tujuan
Setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang mempunyai tujuan
tertentu. Demikian juga dengan perilaku menyimpang. Oleh karena
itu, berdasarkan tujuannya, perilaku menyimpang dibedakan menjadi
dua bentuk, yaitu penyimpangan sosial positif dan penyimpangan
sosial negatif.
a. Penyimpangan Sosial Positif
Tindakan penyimpangan sosial merupakan tindakan manusia
di luar kelaziman, bahkan mengarah pada nilai-nilai sosial yang
dipandang rendah oleh masyarakat. Namun demikian, tidak
selamanya penyimpangan sosial bertujuan negatif yang merugikan
orang lain.
Perilaku di luar kelaziman dapat pula berdampak positif
bagi masyarakat seperti yang dilakukan oleh I Wayan Mandra, lelaki
kelahiran Bali. Tindakan menyimpang yang dia lakukan didorong
keadaan desa kelahirannya mengalami paceklik di mana
penduduk mengalami kesulitan air bersih. Hamparan sawah yang
sebelumnya subur berubah tandus.
Masyarakat terpaksa makan
umbi-umbian.
Tidak seperti umumnya masyarakat desa yang cenderung
pasrah pada nasib, I Wayan Mandra melontarkan ide membangun
tanggul tidak jauh dari desa tempat dia berada. Ia mengajak 150
warga masyarakat.
Namun, tanggul yang baru saja mereka bangun
jebol dan tidak bisa mengalirkan air. Kegagalan itu membuat
penduduk putus asa. Tidak demikian halnya dengan I Wayan
Mandra. Berbekal sepucuk senapan angin ia mulai merencanakan
membangun terowongan air sejauh 9 kilometer yang dipergunakan
untuk mengairi sawah penduduk. Penduduk desa mencemooh
dan mengatakan ide I Wayan Mandra adalah suatu kegilaan.
Akhirnya, air yang diharapkan akan mengubah tatanan kehidupan
masyarakat menjadi lebih sejahtera mulai mengalir. Awalnya air
tersebut dipergunakan untuk kebutuhan minum warga, karena
jumlahnya berlebihan kemudian air tersebut dialirkan ke ladang
dan persawahan.
Dengan demikian, tidak semua penyimpangan sosial
berdampak negatif dan merugikan orang lain. Penyimpangan
sosial mampu berdampak positif dan memberikan keuntungan
bagi penghidupan masyarakat. Selama penyimpangan itu selaras
dengan nilai-nilai sosial yang diidealkan masyarakat, maka hal
itu disebut penyimpangan sosial positif.
b. Penyimpangan Sosial Negatif
Berbeda dengan penyimpangan sosial positif, penyimpangan
sosial negatif merupakan perilaku menyimpang yang mengarah
pada nilai-nilai yang dipandang rendah. Pendapat ini dikemukakan oleh Hendropuspito dalam buku Sosiologi Sistematik.
Orang
atau kelompok yang berbuat menyimpang pada umumnya
mempunyai kedudukan rendah dalam masyarakat. Mereka tidak
mendapat tempat yang terhormat. Mereka dijauhi dan dikucilkan
dari pergaulan. Kejahatan, korupsi, pembunuhan, tawuran, serta
hubungan seks bebas merupakan wujud penyimpangan sosial
negatif.
2. Berdasarkan Sifat
Penyimpangan sosial dapat pula dipilah berdasarkan sifatnya
yaitu penyimpangan primer dan sekunder. Kedua penyimpangan
tersebut saling terkait satu sama lain menghasilkan hubungan sebab
akibat. Timbulnya penyimpangan sekunder didahului adanya
penyimpangan primer.
Seorang anak yang lupa mengerjakan PR karena
ingin menghindari hukuman dari guru, anak tersebut diam-diam
meninggalkan sekolah, merupakan contoh penyimpangan primer.
Namun, menjadi berbeda apabila perilaku membolos dijadikan sebagai
kebiasaan anak tersebut.
Walaupun si anak telah mengerjakan tugas
yang diberikan guru.
Lantas, apa yang dimaksud dengan penyimpangan primer dan
sekunder? Penyimpangan primer (primary deviation) yaitu
penyimpangan yang dilakukan seseorang yang bersifat temporer dan tidak berulang-ulang.
Tindakan siswa di atas menjadi penyimpangan
sosial primer jika siswa tersebut tidak akan membolos, apabila telah
mengerjakan PR. Tindakan yang dilakukan oleh siswa tersebut di luar
perencanaannya sehingga bisa disebut penyimpangan primer. Pelaku
penyimpangan primer masih dapat diterima secara sosial karena
hidupnya tidak didominasi oleh pola perilaku tersebut.
Sedangkan
penyimpangan sekunder terjadi, jika siswa tersebut mengulangi
perilaku menyimpang yang pernah dilakukan. Keberhasilan dalam
melakukan perilaku menyimpang mendorong seseorang melakukan
perilaku yang sama. Seperti pada kasus siswa yang membolos ketika
pelajaran sekolah. Tindakan membolos sering dilakukannya ketika ia
merasa malas dan bosan.
Pengulangan perilaku menyimpang ini
memunculkan penyimpangan sekunder (secondary deviation).
Kartini Kartono (1983) dalam bukunya Patologi Sosial mengemukakan urutan terjadinya penyimpangan sekunder, yaitu:
- Dimulai dengan penyimpangan primer.
- Muncul reaksi-reaksi sosial, hukuman, dan sanksi-sanksi.
- Pengembangan dari penyimpangan-penyimpangan primer.
- Reaksi sosial dan penolakan yang lebih ketat dari masyarakat.
- Pengembangan deviasi lebih lanjut disertai pengorganisasian yang
lebih rapi, timbul sikap permusuhan, serta dendam penuh
kebencian terhadap masyarakat yang menghukum mereka.
- Kesabaran masyarakat sudah sampai pada batas akhir, dibarengi
penghukuman, tindakan-tindakan keras, dan mengecam tindakan
penyimpangan itu sebagai noda masyarakat atau sebagai stigma
sosial.
- Timbul reaksi kedongkolan dan kebencian di pihak penyimpang,
disertai intensifikasi tingkah laku yang sosiopatik sehingga
berkembang menjadi deviasi sekunder. Hilanglah kontrol-kontrol
rasional dan dirinya menjadi budak dari nafsu-nafsu serta
kebiasaan-kebiasaan yang abnormal.
- Masyarakat menerima tingkah laku abnormal itu dan melekatkannya sebagai status sosial terhadap si pelaku penyimpangan.
3. Berdasarkan Jumlah Pelaku
Apabila dilihat dari jumlah pelakunya, perilaku menyimpang
dapat dibedakan menjadi penyimpangan individual dan kelompok.
Lantas, bagaimana pengertian penyimpangan individual dan
kelompok?
a. Penyimpangan Individual (Individual Deviation)
Penyimpangan individual merupakan penyimpangan yang
dilakukan hanya oleh satu orang. Tidak ada orang lain yang ikut
melakukan tindakan tidak sesuai dengan nilai dan norma
masyarakat. Munculnya penyimpangan individual disebabkan
kelainan jiwa seseorang atau karena perilaku jahat. Misalnya,
pecandu narkoba, melakukan tindak kejahatan, menjadi seorang
pelacur, sikap arogansi kesombongan, bertindik, bertato, korupsi,
dan lain-lain.
b. Penyimpangan Kolektif (Group Deviation)
Penyimpangan kolektif yaitu penyimpangan yang
dilakukan oleh sekelompok warga masyarakat secara
bersama-sama. Terjadinya penyimpangan kelompok
disebabkan mereka patuh pada norma kelompoknya
yang kuat dan biasanya bertentangan dengan norma
masyarakat yang berlaku. Hal ini biasanya dipengaruhi
oleh pergaulan.
Misalnya, karena ingin membuktikan
keberanian dalam melakukan hal-hal yang dianggap
bergengsi, sekelompok orang melakukan tindakantindakan yang menyimpang seperti kebut-kebutan,
membentuk geng-geng, membuat onar atau tawuran
pelajar yang biasanya terjadi karena rasa solidaritas
kelompok.
Posting Komentar untuk "Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang"