Peran Pemerintah dalam Ekonomi Makro dan Mikro
1. Peran dan Fungsi Pemerintah dalam Ekonomi Mikro
Kegagalan pasar, seringkali menuntut campur tangan (intervensi) pemerintah. Namun, yang harus diperhatikan adalah tidak semua campur tangan pemerintah memberikan hasil yang baik, walaupun tujuannya baik. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi pemerintah dalam menentukan kebijakan yaitu adanya konflik (trade off ) antara tujuan yang ingin dicapai.
Misalnya konflik antara tujuan efisiensi dan pemerataan. Agar rumah dapat terjangkau oleh rakyat kecil yang berpenghasilan rendah, pemerintah memberikan subsidi. Tetapi, pemberian subsidi itu cenderung mengorbankan efisiensi, karena uang subsidi dapat dialokasikan ke sektorsektor lain yang lebih produktif. Tujuan dilakukannya campur tangan pemerintah adalah sebagai berikut.
- Menjamin agar kesamaan hak bagi setiap individu dapat tetap terwujud dan eksploitasi dapat dihindarkan.
- Menjaga agar perekonomian dapat tumbuh dan mengalami perkembangan yang teratur dan stabil.
- Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama perusahaanperusahaan besar yang dapat memengaruhi pasar, agar mereka tidak menjalankan praktik-praktik monopoli yang merugikan.
- Menyediakan barang publik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
- Mengawasi agar eksternalitas kegiatan ekonomi yang merugikan masyarakat dapat dihindari atau dikurangi.
2. Peran Pemerintah dalam Ekonomi Makro
Peranan pemerintah dalam ekonomi makro memiliki porsi yang relatif
besar. Kajian terhadap seberapa besar peranan pemerintah diwujudkan dalam
kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan ekonomi internasional.
Lemahnya sisi permintaan dan penawaran agregat menyebabkan
perekonomian negara sedang berkembang seolah-olah berada dalam
lingkaran permasalahan tanpa ujung pangkal. Oleh karena itu campur
tangan pemerintah, baik melalui kebijakan ekonomi dan nonekonomi,
sangat diperlukan untuk memutuskan mata rantai permasalahan tersebut.
Kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan kebijakan ekonomi internasional
secara teoretis dapat digunakan pemerintah untuk memperbaiki kondisi
perekonomian.
a. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang mengarahkan perekonomian
makro ke kondisi yang lebih baik (diinginkan) dengan cara mengubah
(menambah atau mengurangi) jumlah uang beredar di masyarakat.
Kebijakan moneter dapat memperbesar kemampuan penawaran
agregat melalui pemberian kredit, khususnya kepada kelompok Usaha Kecil
dan Menengah (UKM).
Di Indonesia hal ini telah dilakukan, misalnya
melalui pemberian kredit pertanian.
Kebijakan moneter juga dapat memperbesar permintaan agregat,
khususnya untuk kebutuhan pokok yang sangat penting, seperti
perumahan. Di Indonesia hal ini telah dilakukan misalnya melalui program
Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
b. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan mengarahkan perekonomian makro
pada kondisi yang lebih baik dengan cara mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah melalui pajak. Kebijakan fiskal melalui subsidi dapat
meningkatkan daya beli atau daya investasi masyarakat yang berpenghasilan
rendah dan tetap.
Misalnya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada masa
lalu sangat menolong masyarakat yang menggunakan minyak tanah untuk
keperluan memasak atau penerangan. Demikian juga subsidi pendidikan,
telah memungkinkan anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk
menikmati investasi Sumber Daya Manusia (SDM) bersekolah.
Di sisi lain, kebijakan fiskal dapat menahan laju perilaku konsumtif
masyarakat kaya dan berpendapatan tinggi. Hal ini dilakukan melalui
kebijakan Pajak Penghasilan (PPh) progresif dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), khususnya untuk barang mewah (PPn-BM).
Selain untuk mengelola permintaan agregat, kebijakan fiskal juga
berguna untuk pengelolaan sisi penawaran agregat. Misalnya, pengenaan
pajak progresif akan mengendalikan keinginan individu atau perusahaan
yang mencoba terus meningkatkan keuntungan mereka. Dengan demikian
kesempatan kerja dan usaha akan lebih merata.
Jika penawaran agregat perlu ditingkatkan, pemerintah juga dapat
menggunakan instrumen pajak dan subsidi. Misalnya, subsidi pendidikan yang
diberikan kepada pengelola pendidikan swasta akan meningkatkan penawaran
jasa pendidikan. Demikian juga subsidi BBM dan listrik yang diberikan kepada
industri akan dapat meningkatkan ouput yang ditawarkan.
c. Kebijakan Ekonomi Internasional
Umumnya negara sedang berkembang lebih memilih kebijakan
ekonomi terbuka, yaitu melakukan hubungan ekonomi dengan luar negeri.
Kebijakan ini akan membuka akses pasar ekspor bagi produk-produk
mereka, sekaligus membuka sumber pengadaan barang modal dan bahan
baku industri dari negara-negara lain.
Secara teoretis, jika pengelolaan
baik dan transparan, kebijakan ekonomi terbuka dapat mempercepat
pembangunan ekonomi. Kebijakan perdagangan internasional terdiri
atas kebijakan promosi ekspor, kebijakan substitusi impor, dan kebijakan
proteksi industri.
1) Kebijakan Promosi Ekspor
Selain menghasilkan devisa, kebijakan promosi ekspor dapat melatih dan
meningkatkan daya saing atau produktivitas para pelaku ekonomi domestik.
Umumnya, negara sedang berkembang mengekspor hasil-hasil sektor primer
(pertanian dan pertambangan) atau hasil-hasil industri yang telah ditinggalkan
negara-negara yang lebih dahulu maju.
Thailand misalnya, sangat terkenal sebagai
negara yang mampu menghasilkan devisa dari ekspor hasil pertanian. Sementara
Indonesia, memperoleh devisa yang besar dari ekspor tekstil. Saat ini mereka tidak
lagi menaruh perhatian pada sektor-sektor tersebut, melainkan berkonsentrasi
pada indusri yang padat ilmu pengetahuan, misalnya komputer dan peralatan
komunikasi canggih atau peralatan militer modern. Hal ini dikarenakan nilai
tambah dari penjualan produk-produk tersebut lebih tinggi dari yang
dihasilkan industri mobil atau tekstil.
2) Kebijakan Substitusi Impor
Kebijakan substitusi impor adalah kebijakan untuk memproduksi
barang-barang yang diimpor. Tujuan utamanya adalah penghematan
devisa. Di Indonesia, pengembangan industri tekstil pada awalnya adalah
substitusi impor. Jika tahap substitusi impor terlampaui biasanya untuk
tahap selanjutnya menempuh strategi promosi ekspor.
3) Kebijakan Proteksi Industri
Kebijakan proteksi industri umumnya bersifat sementara, sebab
tujuannya untuk melindungi industri yang baru berkembang, sampai
mereka mampu bersaing. Jika industri tersebut sudah berkembang, maka
perlindungan dicabut. Perlindungan yang diberikan biasanya adalah
pengenaan tarif dan atau pemberian kuota untuk barang-barang produk
negara lain yang boleh masuk ke pasar domestik.
Posting Komentar untuk "Peran Pemerintah dalam Ekonomi Makro dan Mikro"