Pengertian mengenai pentingnya membahas keadilan didorong oleh
penelitian terhadap para pelaku kriminal. Bechtold, Cavanagh, Shulman,
Cauff man (2014), misalnya, menemukan bahwa perilaku kriminal para remaja
yang dimasukkan dalam penjara sudah dapat diramalkan sejak mereka masih
berusia lebih muda. Hal yang menarik ialah orang tua, khususnya ibu, sudah
memiliki kepekaan bahwa anaknya akan bertingkah laku kriminal kelak di
kemudian hari.
Dari mana kepekaan ibu ini muncul? Dari mendengarkan keluhankeluhan yang dilontarkan anaknya bahwa ia merasa diperlakukan tidak adil oleh
lingkungannya. Misalnya, perlakuan teman-teman sebaya, perlakuan guru, dan
sebagainya. Mengalami ketidakadilan memupuk rasa dendam yang kemudian
dilampiaskan dalam perilaku kriminal ketika situasi memungkinkan. Sungguh luar
biasa pengaruh dari pengalaman ketidakadilan.
Dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, menyajikan pemahaman
yang utuh tentang keadilan. Tuhan Yesus mempraktikkan keadilan ini dengan
mengajarkan pentingnya mengasihi sesama seperti diri sendiri. Ketika kita dapat
melihat orang lain dalam kedudukan yang sederajat dengan kita, atau dengan
kata lain, ketika kita melihat orang lain tidak lebih berharga atau tidak lebih hina
dari diri kita, maka kita dapat menerapkan prinsip keadilan ini.
Begitu banyak tokoh-tokoh Alkitab yang bisa dijadikan teladan tentang
bagaimana menjadi pribadi yang menjalankan keadilan. Kisah Raja Salomo (1 Rajaraja 3: 15 – 28) menunjukkan bahwa menjalankan keadilan adalah memberikan
apa yang menjadi hak dari pribadi yang memang memiliki hak tersebut, dan
sebaliknya, memberikan ganjaran kepada pribadi yang memang perlu dihukum
karena kesalahan yang dilakukannya dengan sengaja.
Sebelum Raja Salomo,
Nabi Samuel pun menjalankan keadilan terhadap Raja Saul (1 Samuel 13: 5 – 14).
Ketika Nabi Samuel melantik Saul menjadi Raja, ia sudah berpesan untuk selalu
taat pada perintah Allah (1 Samuel 12: 13 – 15). Namun, ketaatan Raja Saul tidak
berlangsung lama. Saul melanggar perintah Allah dengan memberikan korban
persembahan (1 Samuel 13: 9) padahal ia tidak berhak melakukan hal itu. Walaupun
Nabi Samuel sangat mengasihi Raja Saul, namun ia tetap memberikan hukuman
yang patut untuk kesalahan yang dilakukan Raja Saul, yaitu, dengan memutus
kedudukan Raja Saul sebagai raja (1 Samuel 13: 14). Ini menunjukkan bahwa Nabi Samuel mengutamakan ketaatan kepada Allah dari hal-hal lain. Ketaatan seperti
inilah yang hendaknya menjadi pedoman bagaimana kita menjalankan keadilan
terhadap setiap insan.
Mengapa Perlu Menerapkan Keadilan Bagi Semua Insan
Tuhan Allah Pencipta semesta membuat segala ciptaan-Nya baik (Kejadian
1: 31). Perhatikan kata ‘segala’ dalam ayat ini. Walaupun di Mazmur 8 dinyatakan
bahwa manusia adalah mahluk mulia, namun keselarasan dengan ciptaan Allah
lainnya harus dijaga. Sebagai mahluk mulia, justru manusia memiliki hikmat
untuk melakukan yang terbaik daam menjaga keselarasan ini. Keserakahan dan
kesewenang-wenangan manusia demi kepentingan dirinya justru membawa
banyak bencana.
Misalnya saja, pada bulan Oktober 2015 dimana musim hujan belum tiba
untuk Indonesia wilayah Barat, terjadi bencana asap di wilayah Riau Sumatera
Barat yang mengakibatkan sejumlah penerbangan dibatalkan selama berhari-hari.
Penduduk di wilayah tersebut juga mengalami sesak nafas, bahkan ada beberapa
yang meninggal.
Dari mana asap ini muncul? Dari tindakan para penebang liar
yang menggunakan cara cepat namun terkutuk untuk mengganti pepohonan
di hutan dengan tanaman lain yang lebih menguntungkan secara cepat, atau
menjadikan lahan pemukiman yang tentunya juga liar. Sebetulnya, setiap hutan
lindung dijaga, namun para penebang liar tetap dapat melakukan pembakaran
hutan ini.
Bahkan, yang lebih mengenaskan, sejumlah perusahaan besar terlibat
dalam penebangan pohon-pohon di hutan sehingga menimbulkan bencana.
Dari peristiwa ini, dapat kita lihat bahwa ketika manusia mementingkan dirinya
sendiri, sedangkan keselarasan dengan manusia lain dan lingkungan tidak dijaga,
maka yang terjadi adalah bencana. Gundulnya hutan juga mengakibatkan banjir,
walaupun hutan gundul bukan satu-satunya penyebab banjir karena bisa juga ini
ulah manusia yang membuang sampah ke sungai sehingga terjadi pendangkalan.
Appolloni dan McDougall (2011) memberikan beberapa perspektif terkait
dengan tema mengapa kita harus memberikan perhatian besar terhadap
keadilan bagi semua, yaitu perspektif Kristiani, ilmiah, dan historis. Istilah keadilan
ekologis (ecological justice) merujuk pada pemahaman bahwa manusia haruslah
hidup dalam keadaan damai dengan lingkungannya, serta menyadari adanya
saling ketergantungan antara berbagai unsur di lingkungan.
Dengan demikian,
keadilan ekologis justru mengangkat derajat manusia yang memang diberikan
tugas istimewa oleh Tuhan untuk bertambah banyak, memenuhi bumi dan
menaklukkannya, dan menguasai binatang (Kejadian 1: 28). Perintah ini tentu
harus dijalankan dengan bijak. Misalnya, bila perintah “beranak cuculah dan bertambah banyak” dianggap sebagai perintah untuk memiliki anak sebanyakbanyaknya, ternyata tidaklah tepat pada masa kini.
Dunia dengan isinya memiliki
keterbatasan. Jumlah manusia yang banyak menyebabkan makanan yang
tersedia menjadi terbatas. Pemerintah Tiongkok pernah mengeluarkan peraturan
bahwa setiap keluarga hanya boleh memiliki satu anak. Peraturan ini dibuat untuk
membatasi jumlah penduduk yang terus meningkat, padahal sumber daya alam
tidak memadai. Dampak dari peraturan ini adalah, banyak bayi-bayi perempuan
yang dibunuh. Mengapa? Karena budaya Tionghoa menganut sistim patriarkat,
artinya garis keturunan dilanjutkan oleh anak pria. Bila keluarga hanya mempunyai
satu anak dan anak itu adalah perempuan, tentu tidak dapat meneruskan
keturunan ayahnya.
Perspektif Kristiani melihat bumi sebagai sesuatu yang dikuduskan, dan manusia barulah berharga bila memberikan perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan mereka yang termarjinalkan dan miskin. Perspektif ilmiah memperhitungkan
bahwa bumi dan sumber dayanya adalah terbatas. Terdapat saling ketergantungan dan keterhubungan antara sistem yang satu dengan yang lain, dan karena itu,
manusia harus melakukan kegiatannya dengan bijaksana dan hati-hati.
Perspektif
historis melihat bahwa selama ini, yang lebih beruntung menikmati sistem ekonomi, sosial dan politik adalah mereka yang tinggal di belahan utara. Akan tetapi,
dampak dari berkurangnya keberagaman ekologis dan sumber daya alam, polusi
yang ditemukan pada laut, tanah, dan udara, serta rusaknya ekosistem, punahnya
sejumlah spesies dan perubahan iklim ternyata dialami oleh mereka yang juga
tinggal di belahan selatan walaupun mereka tidak seberuntung yang tinggal di
belahan utara dalam menikmati keuntungan dari sistem ekonomi, sosial dan politik. Memperhatikan keadilan bagi semua insan ternyata memerlukan pemahaman tentang bagaimana memelihara bumi agar tetap menjadi tempat tinggal
yang memadai bagi sekian generasi ke depan.
Dampak dari perubahan iklim ternyata dahsyat, yaitu antara lain hasil
pertanian menurun, siklus iklim yang tidak normal yang dipicu oleh meningkatnya
permintaan energi dan kemudian meningkatnya produksi emisi sedangkan hujan
akan berkurang, berkurangnya sumber air bersih, bencana alam karena perubahan
suhu yang ekstrim.
Siapkah kita ketika dampak perubahan iklim ini muncul
dan membuat kehidupan kita terganggu? Pihak yang acap kali menjadi korban
dari perubahan iklim adalah wanita dan anak-anak yang memang digolongkan
sebagai pihak yang lebih lemah. Contohnya, cukup banyak anak perempuan yang
dijual agar keluarga memiliki uang untuk membayar hutang kepada tuan tanah.
Di sinilah tanggung jawab manusia sebagai mahluk mulia dituntut agar dapat
menggunakan kepintarannya secara bijak untuk kesejahteraan semua manusia,
bukan hanya sekelompok saja.
Mewujudkan Keadilan bagi Semua Insan
Dobson mengaitkan antara keadilan sosial dengan keadilan ekologis.
Keadilan ekologis dapat ditegakkan bila para pemimpin dan penegak hukum
mempraktikkan keadilan sosial. Mengapa demikian? Karena menjadi tugas para
pemimpin dan penegak hukum untuk memastikan bahwa rakyat yang berada
di bawah pimpinannya hidup dalam kesejahteraan, dan tidak dipersulit atau
diperalat oleh segelintir orang yang memiliki kekuasaan lebih. Atau, dapat juga
dikatakan bahwa setiap manusia harus mendapatkan hak untuk kesejahteraan
hidup.
Terganggunya kesejahteraan dan hadirnya kemiskinan dapat menjadi
indikator bahwa ada kerusakan dalam lingkungan hidup. Hidup yang sejahtera
haruslah menjadi hak bagi setiap orang terlepas dari latar belakang ras, etnis,
agama, atau kelompok yang dimilikinya.
Perlu juga kita pahami pengertian keadilan lingkungan (environmental justice)
yaitu keadilan yang berkaitan dengan norma, nilai budaya, aturan, kebijakan,
kebiasaan, dan keputusan untuk mendukung keberlangsungan suatu komunitas.
Sehingga, di dalam komunitas tersebut anggota komunitas dapat merasakan
berada di lingkungan yang aman, sehat, dan produktif. Termasuk di dalam keadilan
lingkungan ini adalah ada pekerjaan dan upah yang layak, pendidikan dan rekreasi
yang berkualitas, pemukiman dan layanan kesehatan yang pantas; pembuatan
keputusan yang demokratis dan pemberdayaan personal serta lingkungan yang
bebas dari kekerasan, obat-obat terlarang dan kemiskinan. Dalam lingkungan
yang seperti itu, tentu pencapaian kesejahteraan menjadi lebih terjamin. Inilah
hendaknya yang menjadi tugas dan perhatian para pemimpin, penegak hukum,
dan kita semua yang peduli untuk tercapainya keadilan bagi semua insan.
Posting Komentar untuk "Pentingnya Membahas Keadilan Terhadap Semua Insan"