Klasifikasi hewan invertebrata
Hewan merupakan makhluk hidup yang telah teradaptasi dengan berbagai lingkungan. Mereka dapat hidup di laut, air tawar, darat, di kutub, dan padang pasir (gurun). Beberapa ciri yang dimilki oleh hewan adalah :
- bersel banyak (multiseluer) yang sel-selnya memiliki inti bermembran (eukariotik)
- tidak dapat membuat makanan sendiri (tidak berfotosintesis).
- bereproduksi secara aseksual dan seksual
- sel penyusun tubuhnya tidak memilki dinding sel dan plastida.
- dapat merespons dengan cepat terhadap rangsang.
- aktif bergerak (motil) pada tahap (fase) tertentu dalam siklus hidupnya.
Para saintis menempatkan hewan pada dua katergori utama,
yaitu: invertebrata (in = tanpa, vertebrae = tulang belakang) dan
vertebrata (bertulang belakang). Invertebrata adalah hewan tingkat
rendah dan tidak memiliki tulang belakang. Sedangkan vertebrata
adalah hewan tingkat tinggi dan memiliki tulang belakang. Hewan
bersel banyak berkembang dari zigot bersel satu. Zigot, sebagaimana
kita ketahui adalah hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma. Zigot
kemudian membelah menjadi dua, empat, delapan, 16 sel dan terus
bertambah banyak menjadi blastula yang bentuknya menyerupai bola.
Sel-sel penyusun blastula kemudian melekuk kedalam sehingga
terbentuklah dua lapis lembaga, yaitu ektoderm (di sebelah luar) dan
endoderm (di sebelah dalam).
Berdasarkan jumlah lapisan lembaga, ada hewan yang hanya
memiliki dua lapis dalam perkembangannya (ekto dan endoderm),
disebut diploblastik. Misalnya Coelenterata (ubur-ubur, hewan
pembentuk terumbu karang, anemon laut). Sedangkan hewan lainnya
memiliki tiga lapis kecambah, yaitu ekto, meso dan endoderm.
Mereka disebut hewan triploblastik. Mesoderm berkembang diantara
ekto dan endoderm. Ketiga lapis kecambah tersebut kemudian
berkembang menjadi berbagai macam organ. Ektoderm berkembang
menjadi kulit dan otak serta jaringan syaraf. Mesoderm berkembang
menjadi otot. Sedangkan endoderm berkembang menjadi organorgan dalam.
Hewan triploblastik dapat dibedakan berdasarkan rongga
tubuhnya. Ada hewan yang tak mempunyai rongga tubuh, disebut
hewan aselomata. Misalnya Platyhelminthes atau cacing pipih
(Planaria dan cacing pita). Sedangkan pada Nemathelminthes atau cacing gilig (misalnya cacing kremi, cacing
tambang, cacing Ascaris) telah memiliki rongga tubuh, tetapi hanya
sebagian yang dibatasi oleh mesoderm. Rongga tubuh ini disebut rongga tubuh semu (peudoselom) sehingga mereka disebut hewan
pseudoselomata.
Hewan-hewan yang memiliki rongga tubuh sejati (selom) disebut
hewan selomata. Yang termasuk selomata adalah seluruh hewan dari
Annelida sampai dengan Mamalia. Mereka memiliki
rongga tubuh yang seluruhnya dibatasi dengan mesoderm.
Invertebrata
Invertebrata terdiri dari filum Porifera, Coelentrata,
Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda,
dan Echinodermata . Pada bab ini kita akan membahas klasifikasi dan
karakteristik Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, dan Arthropoda yang berkaitan dengan bidang pertanian. Tiga yang
pertama sering dikelompokan kedalam Vermes (cacing).
Filum Platyhelminthes (cacing pipih)
Tubuhnya pipih; triploblastik; ada yang bersegmen-segmen, ada
yang tidak; simetris bilateral (bila tubuhnya dibelah dua, sisi kiri dan
kanan sama); tidak memiliki selom; habitat diperairan, daratan (tanah)
atau hidup sebagai parasit. Sistem saraf tangga tali. Sistem saraf ini
terdiri dari sepasang ganglia (simpul saraf), dua tali saraf memanjang
yang terhubung oleh tali saraf melintang sehingga membentuk seperti
tangga tali. Sistem repirasi dan sistem peredaran darahnya tidak
punya. Sistem pencernaan dengan mulut, faring, usus, dan tidak
punya anus.
Respirasi menggunakan permukaan tubuh untuk
pertukaran gas. Oksigen dan sari-sari makanan diedarkan keseluruh
tubuh dengan cara difusi. Demikian pula dengan pengangkutan CO2
ke permukaan tubuh. Sistem ekskresinya berupa organ sederhana
yang disebut protonefridia yang dilengkapi dengan flame cell (sel api).
Sel-sel api berentuk seperti bola lampu dengan silia di dalamnya. Silia
ini bergerak-gerak seperti gerakan nyala api untuk mengalirkan cairan
tubuhnya. Karenanya disebut sel api.
Reproduksinya seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual
terjadi penyatuan sel sperma dan sel telur (fertilisasi=pembuahan).
Sebagian bersifat hermaprodit, yaitu dalam satu tubuh memiliki organ
reproduksi jantan (testis) dan betina (ovarium). Namun untuk
berkembang biak tetap diperlukan dua individu. Jadi mereka
melakukan pembuahan silang (cross fertilisation), bukan pembuahan
sendiri (autofertilisation).
Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara pembelahan tubuh
atau fragmentasi. Potongan-potongan tubuhnya itu kemudian
mengalami regenerasi menjadi individu baru.
Contohnya Planaria sp. Klasifikasi dibagi menjadi
tiga kelas seperti berikut ini. Filum Platyhelminthes dikelompokan ke dalam tiga kelas, yaitu
Turbelaria, Trematoda, dan Cestoda.
Filum Nematoda atau Nemathelminthes (Cacing gilig atau cacing tambang)
Bentuk tubuh giling seperti tali atau tambang; triploblastik, tidak
bersegmen; simetris bilateral; selom semu; dan
permukaan tubuh dilapisi kutikula. Ukurannya bervariasi, umumnya
mikroskopis, namun ada yang mencapai panjang 1 meter. Tubuh
dengan ujung ekor lurus dan tumpul pada betina; runcing dan
membengkok pada jantan. Testis dan ovarium
terpisah pada individu yang berbeda (gonokoris); betina berukuran
lebih besar daripada jantan. Sistem pencernaan lengkap (mulut,
faring, usus, dan memiliki anus).
Sistem saraf tangga tali (ganglion). Sistem transportasi
menggunakan cairan tubuh. Tidak ada sistem respirasi, berlangsung
difusi melalui seluruh permukaan tubuh. Reproduksi secara fertilisasi
internal (gonokoris, seksual). Habitat di tanah, air atau hidup parasit
pada manusia, hewan dan tumbuhan. Beberapa contoh
Nemathelminthes parasit pada Gambar berikut
ini.
Banyak anggota Nematoda yang mikroskopis hidup sebagai
parasit pada akar berbagai jenis tumbuhan sehingga sering dikenal
sebagai cacing akar. Cacing dewasa bertelur di akar/tanah dan
dalam jangka waktu yang cukup lama telur menetas menghasilkan
larva. Selanjutnya larva menginfeksi akar dan masuk ke dalam akar
dan makan jaringan di dalamnya. Akar bereaksi dengan membentuk
“tumor” atau “parut” seperti bekas luka. Salah satu contohnya adalah
Heterodera radicola yang dilaporkan hidup parasit pada 1000
varietas tanaman dan umumnya menginfestasi tanaman pertanian,
buah-buahan, semak, pohon peneduh dan gulma.
Annelida (Cacing tanah)
Ciri-cirinya:
Tubuh bersegmen (metameri), setiap segmen mempunyai organ
tubuh (sistem pencernaan, otot, pembuluh darah, alat reproduksinya
hermaprodit, sedangkan alat gerak dengan chetae, dengan sepasang
alat eksksresi (nefridium) yang saling berhubungan dan terkoordinasi.
Tubuhnya simetris bilateral, berlapis kutikula. Sistem pencernaan
sempurna (memiliki anus).
Sistem sarafnya tangga tali, dan sistem
peredaran darah tertutup. Salah satu paling berperan dalam
kehidupan manusia (dalam bidang pertanian) adalah cacing tanah
(Kelas Oligochaeta) yang mampu meningkatkan kesuburan tanah.
Annelida terdiri atas 3 kelas utama, yaitu Polychaeta, Oligochaeta,
dan Hirudinea. Ciri-ciri dan contohnya dapat dilihat pada di bawah ini.
Peranan cacing di bidang pertanian
Cacing tanah adalah cacing yang sudah dikenal lama (sejak
zaman Aristoteles) sebagai hewan yang berperan dalam
meningkatkan kesuburan tanah. Cara hidupnya dengan menggali
lubang meningkatkan porositas tanah sehingga aerasi tanah
(masuknya udara ke dalam tanah) dan air dapat merembes ke
dalam tanah. Dengan kegiatannya itu, mereka juga mengaduk
tanah sehingga bahan organik dapat tersebar meluas dan
menjadikan tanah gembur.
Cacing tanah juga dimanfaatkan untuk membuat kompos.
Kompos adalah bahan-bahan organik (sisa tanaman atau limbah
hewan) yang diolah oleh cacing sehingga dapat digunakan
sebagai pupuk rganik. Selain itu cacing tanah juga diternakan untuk digunakan sebagai
sumber protein pada pakan terrnak (ikan, ayam, itik, burung, dan
bebek). Cacing tanah dikeringkan, lalu ditumbuk halus sebagai
tepung cacing (pengganti tepung ikan), dan dicampurkan dengan
sumber makanan lainnya menjadi pakan ternak.
Ciri-cirinya
Arthropoda (arthros = sendi atau ruas dan podos = kaki) adalah
hewan yang memiliki kaki bersendi/beruas-ruas. Arthropoda
merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Jumlah spesiesnya
lebih banyak dari filum-filum lainnya. Arthropoda dapat ditemukan di
berbagai habitat, antara lain di air, di darat, di dalam tanah dan ada
juga yang hidup sebagai parasit pada hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Arthropoda adalah hewan triploblastik, selomata (tubuh dan kaki
beruas-ruas) dan bilateral simetris. Tubuhnya terdiri atas kepala,
dada, dan abdomen yang keseluruhannya dibungkus oleh zat kitin
dan merupakan kerangka luar (eksoskeleton). Biasanya diantara
ruas-ruas terdapat bagian yang tidak berkitin sehingga ruas-ruas
tersebut mudah digerakkan. Pada waktu tertentu kulit dan tubuh
arthropoda dapat mengalami pergantian kulit (eksdisis).
Arthropoda memiliki sistim pencernaan yang sempurna (memiliki
anus). Mulut dilengkapi dengan rahang. Sistim peredaran darahnya
terbuka dan darahnya berwarna biru, karena mengandung
disebabkan oleh hemosianin (bukan hemoglobin). Sistem
pernapasannya ada yang berupa trakea, insang, paru-paru buku, atau
melalui seluruh permukaan tubuhnya. Organ ekskresinya berupa
tubulus malphigi yang bermuara pada usus belakang. Reproduksi
dilakukan dengan perkawinan, tetapi ada juga beberapa hewan yang
melakukan parthenogenesis. Partenogenesis adalah proses
perkembangan embrio dari telur yang tidak dibuahi. Jenis kelaminnya
terpisah (gonokori). Artinya ada hewan jantan ada hewan betina.
Sistem sarafnya adalah sistem saraf tangga tali.
Klasifikasi filum Arthropoda
Berdasarkan persamaan dan perbedaan struktur tubuhnya,
arthropoda dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu Custacea,
Insekta, Diplopoda Arachoinidea, dan Chilopoda. Persamaan dan
perbedaan ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
Posting Komentar untuk "Klasifikasi hewan invertebrata"