Pernikahan Menuju Pada Realisasi “Gereja Keluarga”
Sejak suatu pernikahan dibangun secara kristiani, seharusnya pasangan baru tersebut menyadari bahwa pada akhirnya keluarga yang dihadirkan merupakan suatu “gereja keluarga” atau “gereja domestik” (ecclesia domestica). Pada hakikatnya, gereja merupakan kumpulan dari para keluarga dan pribadi Kristen. Bila keluargakeluarga Kristen cukup kuat dalam kehidupan kristiani yang mereka usahakan, maka tentu gereja juga akan kuat keberadaannya. Sebaliknya, bila keluarga Kristen tidak melakukan fungsi-fungsi gereja dengan baik, bahkan melupakan identitasnya sebagai keluarga Kristen, tentu saja gereja akan menjadi lemah.
Pasangan yang baru saja menikah secara kristiani, perlu menyadari pentingnya kedudukan keluarga sebagai gereja rumah tangga, di mana keluarga juga dapat menjadi tempat ibadah para anggotanya dengan relasi yang sangat akrab. Apalagi jika di daerah tersebut tidak ada gereja atau gereja yang ada terlalu jauh untuk dijangkau. Bahkan di Rusia dan China, pada saat kekristenan ditindas oleh rezim komunis, maka banyak kebaktian gereja yang dilakukan secara sembunyisembunyi. Pada saat itu, keluarga yang berfungsi sebagai gereja domestik sangat berperan dan efektif, bahkan menjadi berkat bagi lingkungannya.
Terdapat persamaan antara gereja dan keluarga, yaitu:
- Keluarga dan gereja merupakan suatu institusi atau lembaga yang bertumbuh.
- Semua fungsi dan panggilan gereja, juga menjadi fungsi dan panggilan keluarga Kristen, yaitu panggilan untuk melayani (diakonia), bersekutu (koinonia), dan bersaksi (marturia)
a. Panggilan untuk Melayani
Komunitas keluarga sebagai gereja domestik terpanggil untuk saling melayani dan berkorban antaranggota keluarga yang akhirnya berdampak kepada masyarakat. Semangat melayani ini menuntut adanya keterbukaan, saling menerima, saling pengertian, kesabaran, dan pengampunan. Keluarga merupakan sekolah pertama untuk mengajarkan nilai-nilai pelayanan yang menjadi prinsip keberadaan serta perkembangan gereja dan masyarakat. Keluarga menjadi tempat yag paling efektif untuk memanusiakan manusia secara khusus menjaga dan mewariskan nilai-nilai etis. Salah satu contoh praktis dapat dibaca dalam 1 Petrus 4 ayat 9-10, yang berisi ajakan untuk melayani satu sama lain berdasar karunia yang dimiliki.
b. Panggilan untuk Bersekutu
Keluarga Kristen pada dasarnya merupakan pesekutuan antarpribadi. Oleh karena itu, keluarga adalah sekolah hidup bersama dan utama. Keluarga Kristen seharusnya menjadi contoh dan stimulus bagi pengembangan relasi, bahkan persekutuan yang lebih luas. Hal ini ditandai dengan adanya dialog, penghargaan, persekutuan bersama, kebaktian bersama, dan doa bersama. Dalam 1 Timotius 4: 7b-8 berisi nasihat untuk melatih diri dalam beribadah yang akan berguna dan menyentuh berbagai aspek kehidupan. Keluarga Kristen seharusnya menjadi sekolah persekutuan dan doa bersama yang sejati untuk berjumpa dengan Yesus Kristus, bukan hanya sekedar untuk memohon dan mengadu, tapi terutama untuk mendengarkan dan merenungkan Firman Tuhan, memuji, menyembah, serta bersyukur. Orang tua bertanggung jawab untuk mengajarkan hal berbakti dan berdoa kepada anak-anak sesuai dengan iman yang telah dinyatakan di dalam pembaptisan maupun pengakuan percaya, agar dapat menyembah Tuhan dan mengasihi sesamanya.
c. Panggilan untuk Bersaksi
Tugas pokok keluarga Kristen adalah dipanggil untuk membangun Kerajaan Allah di bumi, dengan ikut serta dalam hidup dan misi gereja. Oleh karena itu, keluarga harus menampilkan jati diri maupun misinya sebagai suatu persekutuan hidup di dalam kasih. Keluarga sebagai pusat untuk menghadirkan kabar baik atau injil bagi lingkungannya, sebagai usaha untuk menghadirkan Kristus yang memberikan dirinya bagi dunia. Keluarga perlu solider dan setia kepada kebutuhan lingkungannya. Dengan demikian, keluarga sudah menampilkan dan melaksanakan panggilan bagi lingkungannya.
Posting Komentar untuk "Pernikahan Menuju Pada Realisasi “Gereja Keluarga”"