Penyebab Melemahnya Ketahanan Pangan Indonesia
Sebelum membahas lebih lanjut penyebab melemahnya ketahanan pangan khusnya di Indonesia. Sebaiknya kita perlu ketahui arti dari ketahanan pangan itu sendiri. Walau sebenarnya paradigma mengenai ketahan pangan terus mengalami perkembangan. Akan tetapi setidaknya pengertian ketahanan pangan dapat disimpulkan melalui konfrensi pangan sedunia tahun 1974, 3 diantaranya adalah :
- Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 1992, mendefinisikan ketahanan pangan sebagai situasi di mana semua orang memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman dan bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif.
- World Bank tahun 1996, mendefenisikan ketahanan pangan sebagai akses oleh semua orang pada segala waktu atas pangan yang cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif.
- First world food conference 1974, United Nations 1975, ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dunia yang cukup dalam segala menyeimbangkan fluktuasi produksi dan harga
Di Indonesia sendiri, pengertian ketahanan pangan dipertegas pada PP
No. 68 tahun 2002, dimana ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
terjangkau.
Setelah persoalan politik dan ekonomi termasuk berbagai macam krisis,
baik itu krisis politik maupun kiris financial yang terjadi ditiap negara. Mulai
dari negara maju maupun negara berkembang, lambat laun telah dilewati.
Bukan berarti persoalan yang dihadapi sudah berakhir. Akan tetapi, persoalan
baru yang lebih memprihatinkan ada didepan mata. Krisis ketahanan pangan,
persoalan baru ini kian serius untuk diperbincangkan. Betapa tidak, hal ini
menyangkut upaya mempertahankan hidup jutaan umat manusia. Jika masalah
ketahanan pangan ini terus melemah dan belum bisa diatasi, tentunya akan
memicu persoalan lama yang kemudian muncul kembali. Gejolak ekonomi,
politik, dan sosial akan memicu tejadinya konflik
Betapa tidak persoalan pangan merupakan persoalan sejuta umat. Ketika
pangan menjadi langkah, tentu akan berimbas pada persoalan harga. Jika harga
kebutuhan pangan dipasar melonjak naik jelas menimbulkan protes khususnya
dari kalangan bawah. Tidak jarang kalangan bawah yang senantiasa
termarjinalkan tidak mampu menjangkau harga yang kian meroket melakukan
aksi pencurian atau penjarahan demi mempertahankan hidup mereka. Bahkan
gerakan reformasi seperti yang terjadi di Afrika. Sementara di Indonesia pada
tahun 1997, aksi protes menuntut diadakannya reformasi dan penggulingan
pemerintahan kepemimpinan Soeharto, yang dianggap gagal menurunkan
harga kebutuhan bahan pokok. Sejak saat itu, harga pangan di Indonesia kian
meningkat
Dibeberapa negarapun aksi yang serupa juga sering terjadi. Mesir
misalnya, masyarakat menuntut pemerintah yang dianggap tidak mampu
menstabilkan harga yang kian meroket, dan akhirnya berakhir menggulingkan
kepemimpinan Rezim Hosni Mubarak.
Sementara di kawasan Asia Timur, khususnya India, persoalan pangan
disebabkan oleh kondisi iklim yang tidak menentu. Selain persoalan tidak
stabilnya harga pangan di beberapa Negara yang kemudian menimbulkan
masalah serius bagi ketersedian pangan tersebut. Hal lain yang menjadi pemicu
terjadinya krisis pangan di dunia, antara lain:
A. Jumlah penduduk
Populasi manusia di dunia kian bertambah. Pertambahan Jumlah
penduduk ini tentunya akan mempengaruhi pola konsumsi yang juga kian
meningkat. Hingga saat ini jumlah penduduk di dunia mencapai 7,2 milliar
jiwa. Berdasarkan laporan be
yang dirilis di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat.
Mengungkapkan bahwa di tahun 2025 mendatang, penduduk dunia akan naik
menjadi 8,1 miliar jiwa. Sementara Prediksi untuk tahun 2050 nanti, jumlah
ini kian terus bertambah hingga mencapai 9,6 miliar.
Di Indonesia saja, populasi penduduk saat ini berjumlah 237,641,326 juta
jiwa. Hasil sensus penduduk tahun 2010, mengungkapkan bahwa Laju
pertumbuhan penduduk selama 10 tahun sebesar 1,49 persen per tahun (2000-
2010). Jumlah penduduk yang terus bertambah ini menyebabkan luas lahan
semakin sempit, yang artinya bahwa lahan garapan untuk produksi pangan
semakin berkurang, sementara manusia yang membutuhkan makan kian
bertambah. Hal ini dapat dilihat dari data BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga
Berencana) dalam pertumbuhan penduduk 2000-2010 dibawah ini adalah
sebagai berikut:
Trend of Population Growth (% per year) |
Dari Trend of population growth diatas dapat diartikan bahwa pentingnya
kebutuhan pangan sangat di pengaruhi oleh permintaan. Jika penduduk atau
populasi manusia bertambah sekitar 2 persen pertahun, maka permintaan akan
pangan tentunya juga bertambah sekitar 2 persen12
.
31 Sementara direktorat
analisis dampak kependudukan mengasumsikan jika laju populasi penduduk
sekitar 1, 49 persen dan beras yang di konsumsinya sekitar
125,3kg/kapita/tahun, dan peningkatan produktifitas padi stabil dengan kisaran
1,3 persen/tahunnya, maka hal tersebut tetap dirasa tidak mencukupi kebutuhan
akan beras sebagai salah satu pangan penting bagi jutaan umat manusia.
B. Pengalihan Fungsi Lahan
Semakin maju suatu Negara tentu ditandai dengan semakin
berkembangnya pembangunan yang ada di wilayah tersebut, yang ditunjang
oleh infrastruktur yang juga semakin baik. Pengalihan fungsi lahan yang
tadinya hanya di peruntukkan untuk mengelolah sumber daya alam termasuk
pertanian dan perkebunan, kini dialih fungsikan untuk membangun
infrastruktur berupa perumahan, industri, dan jalan raya. Hal ini tentu
berpengaruh besar terhadap berkurangnya tanah garapan.
Negara-negara di Amerika Latin dan Asia Tenggara termasuk Indonesia,
menunjukkan bahwa luas satuan tanah menjadi terlalu kecil dan tidak ekonomis
dalam proses produksi, sehingga menekan tingkat produktifitas. Kualitas atau
mutu tanah telah berkurang sebagai akibat erosi, yang tentunya disebabkan
pengalihan fungsi lahan tadi. Akibatnya mulai memunculkan masalah-masalah
lain, seperti persediaan sumber air yang mulai berkurang, padahal kecukupan
ketersediaan sumber air merupakan faktor fital bagi kebutuhan irigasi untuk
pertanian.
Ada 4 dimensi dalam masalah produksi bahan pangan, antara lain: tanah,
sumber daya air, sarana pupuk dan sumber energi. Jika salah satu dari empat
dimensi tersebut tidak terpenuhi, maka bisa saja terjadi yang disebut kegagalan
panen. Akibatnya persediaan pangan semakin menipis.
C. Stabilitas Harga
Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan hasil
produksi pangan, atau dengan kata lain jumlah penduduk yang semakin
bertambah, sementara produksi pangan dirasa kurang akibat laju perumbuhan penduduk tersebut. Hal ini tentu akan mempengaruhi stabilitas harga. Beberapa
tahun terakhir ini harga pangan mulai melonjak naik akibat dari ketersediaaan
pangan yang mulai berkurang.
Pada Desember 2013, harga pangan termasuk beras mencapai kisaran
Rp.11.073 per kg, yakni naik 0,56 persen. Harga gabah Selama Desember
2013, di petani dan penggilingan masing-masing naik 1,53 persen menjadi Rp
4.228,88 per kg dan 1,68 persen menjadi Rp 4.312,49 per kg dibandingkan
harga gabah kualitas yang sama bulan sebelumnya.
D. Bencana
Terjadinya pemanasan global (global warming) beberapa tahun terakhir
ini menjadi bencana besar di muka bumi. Pemanasan global dimana
meningkatnya suhu permukaan bumi dan lautan akibat efek emisi gas rumah
kaca menyebabkan perubahan iklim yang sangat ekstrem. Beberapa Negara
termasuk Amerika Serikat, merasakan dampak dari perubahan iklim tersebut.
Terjadinya badai Katrina pada 29 Agustus 2005, menjadikan Negara adi kuasa
tersebut mengalami kerusakan sekitar US$ 125 miliar. Selain itu, badai ini
merupakan musibah pantai terburuk yang menyebabkan tenggelamnya 80
persen kota atau lahan yang ada disekitarnya.
Sementara di Indonesia, cuaca ekstrem ini menyebabkan ikim yang tidak
menentu dimana curah hujan yang turun tiap tahunnya tidak dapat diprediksi.
Hal ini kadang menimbulkan volume air yang berlebihan sehingga terjadilah
banjir. Banjir yang melanda beberapa daerah menenggelamkan lahan
pertanian. Hal ini tentunya akan berdampak pada turunnya produksi tanaman
yang tentunya juga berpengaruh pada kondisi pangan nasional dan juga kondisi
pangan di tingkat internasional.
Akibat dari bencana yang ditimbulkan oleh pemanasan global dapat juga dilihat
di bawah ini, antara lain:
- Sejak tahun 1990, peningkatan suhu per tahunnya meningkat sekitar 0,3 derajat celcius pada seluruh musim.
- Curah hujan per tahun diperkirakan meningkat 2-3 persen di seluruh Indonesia. Hal ini yang menjadikan seringnya terjadi banjir di beberapa daerah.
- Menjadi ancaman terhadap kemanan pangan sebagai akibat dari perubahan iklim khususnya di bidang pertanian.
- Naiknya permukaan air laut yang tenttunya akan menggenangi daearah produktif pantai, mempengaruhi pertanian dan penghidupan pantai, termasuk pertambakan ikan dan udang, produksi padi dan jagung.
- Air laut bertambah hangat menyebabkan keaneka ragaman hayati dan memberi tekanan lebih pada terumbu karang yang sudah terancam.
- Penyakit yang berkembang biak khususnya jenis penyakit malaria dan demam berdarah
Pemanasan global yang menjadi salah satu terjadinya perubahan iklim tersebut
akan mempengaruhi turunnya produktifitas pangan. Hal ini juga akan
menimbulkan penyakit yang menyebabkan terjadinya gagal panen.
Posting Komentar untuk "Penyebab Melemahnya Ketahanan Pangan Indonesia"