Mengapa Perlu Menerapkan Keadilan Bagi Semua Insan
Tuhan Allah Pencipta semesta membuat segala ciptaan-Nya baik (Kejadian 1: 31). Perhatikan kata ‘segala’ dalam ayat ini. Walaupun di Mazmur 8 dinyatakan bahwa manusia adalah mahluk mulia, namun keselarasan dengan ciptaan Allah lainnya harus dijaga. Sebagai mahluk mulia, justru manusia memiliki hikmat untuk melakukan yang terbaik daam menjaga keselarasan ini. Keserakahan dan kesewenang-wenangan manusia demi kepentingan dirinya justru membawa banyak bencana.
Misalnya saja, pada bulan Oktober 2015 dimana musim hujan belum tiba untuk Indonesia wilayah Barat, terjadi bencana asap di wilayah Riau Sumatera Barat yang mengakibatkan sejumlah penerbangan dibatalkan selama berhari-hari. Penduduk di wilayah tersebut juga mengalami sesak nafas, bahkan ada beberapa yang meninggal. Dari mana asap ini muncul? Dari tindakan para penebang liar yang menggunakan cara cepat namun terkutuk untuk mengganti pepohonan di hutan dengan tanaman lain yang lebih menguntungkan secara cepat, atau menjadikan lahan pemukiman yang tentunya juga liar.
Sebetulnya, setiap hutan lindung dijaga, namun para penebang liar tetap dapat melakukan pembakaran hutan ini. Bahkan, yang lebih mengenaskan, sejumlah perusahaan besar terlibat dalam penebangan pohon-pohon di hutan sehingga menimbulkan bencana. Dari peristiwa ini, dapat kita lihat bahwa ketika manusia mementingkan dirinya sendiri, sedangkan keselarasan dengan manusia lain dan lingkungan tidak dijaga, maka yang terjadi adalah bencana. Gundulnya hutan juga mengakibatkan banjir, walaupun hutan gundul bukan satu-satunya penyebab banjir karena bisa juga ini ulah manusia yang membuang sampah ke sungai sehingga terjadi pendangkalan.
Appolloni dan McDougall (2011) memberikan beberapa perspektif terkait dengan tema mengapa kita harus memberikan perhatian besar terhadap keadilan bagi semua, yaitu perspektif Kristiani, ilmiah, dan historis. Istilah keadilan ekologis (ecological justice) merujuk pada pemahaman bahwa manusia haruslah hidup dalam keadaan damai dengan lingkungannya, serta menyadari adanya saling ketergantungan antara berbagai unsur di lingkungan. Dengan demikian, keadilan ekologis justru mengangkat derajat manusia yang memang diberikan tugas istimewa oleh Tuhan untuk bertambah banyak, memenuhi bumi dan menaklukkannya, dan menguasai binatang (Kejadian 1: 28).
Perintah ini tentu harus dijalankan dengan bijak. Misalnya, bila perintah “beranak cuculah dan bertambah banyak” dianggap sebagai perintah untuk memiliki anak sebanyakbanyaknya, ternyata tidaklah tepat pada masa kini. Dunia dengan isinya memiliki keterbatasan. Jumlah manusia yang banyak menyebabkan makanan yang tersedia menjadi terbatas. Pemerintah Tiongkok pernah mengeluarkan peraturan bahwa setiap keluarga hanya boleh memiliki satu anak. Peraturan ini dibuat untuk membatasi jumlah penduduk yang terus meningkat, padahal sumber daya alam tidak memadai. Dampak dari peraturan ini adalah, banyak bayi-bayi perempuan yang dibunuh. Mengapa? Karena budaya Tionghoa menganut sistim patriarkat, artinya garis keturunan dilanjutkan oleh anak pria. Bila keluarga hanya mempunyai satu anak dan anak itu adalah perempuan, tentu tidak dapat meneruskan keturunan ayahnya.
Perspektif Kristiani melihat bumi sebagai sesuatu yang dikuduskan, dan manusia barulah berharga bila memberikan perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan mereka yang termarjinalkan dan miskin. Perspektif ilmiah memperhitungkan bahwa bumi dan sumber dayanya adalah terbatas. Terdapat saling ketergantungan dan keterhubungan antara sistem yang satu dengan yang lain, dan karena itu, manusia harus melakukan kegiatannya dengan bijaksana dan hati-hati.
Perspektif historis melihat bahwa selama ini, yang lebih beruntung menikmati sistem ekonomi, sosial dan politik adalah mereka yang tinggal di belahan utara. Akan tetapi, dampak dari berkurangnya keberagaman ekologis dan sumber daya alam, polusi yang ditemukan pada laut, tanah, dan udara, serta rusaknya ekosistem, punahnya sejumlah spesies dan perubahan iklim ternyata dialami oleh mereka yang juga tinggal di belahan selatan walaupun mereka tidak seberuntung yang tinggal di belahan utara dalam menikmati keuntungan dari sistem ekonomi, sosial dan politik. Memperhatikan keadilan bagi semua insan ternyata memerlukan pemahaman tentang bagaimana memelihara bumi agar tetap menjadi tempat tinggal yang memadai bagi sekian generasi ke depan.
Dampak dari perubahan iklim ternyata dahsyat, yaitu antara lain hasil pertanian menurun, siklus iklim yang tidak normal yang dipicu oleh meningkatnya permintaan energi dan kemudian meningkatnya produksi emisi sedangkan hujan akan berkurang, berkurangnya sumber air bersih, bencana alam karena perubahan suhu yang ekstrim. Siapkah kita ketika dampak perubahan iklim ini muncul dan membuat kehidupan kita terganggu? Pihak yang acap kali menjadi korban dari perubahan iklim adalah wanita dan anak-anak yang memang digolongkan sebagai pihak yang lebih lemah. Contohnya, cukup banyak anak perempuan yang dijual agar keluarga memiliki uang untuk membayar hutang kepada tuan tanah. Di sinilah tanggung jawab manusia sebagai mahluk mulia dituntut agar dapat menggunakan kepintarannya secara bijak untuk kesejahteraan semua manusia, bukan hanya sekelompok saja.
Posting Komentar untuk "Mengapa Perlu Menerapkan Keadilan Bagi Semua Insan"