Mudah Memahami Debt to Equity Ratio (DER) Melalui Studi Kasus
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio solvabilitas yang menunjukan perbandingan antara total hutang dan modal sendiri.
Baik perusahaan maupun investor sangat perlu untuk mengetahui struktur modal yang dimiliki perusahaan. Dengan begitu, semua pihak akan dapat memahami perimbangan antara risiko dan laba yang didapat.
Pembiayaan proses produksi pada perusahaan dengan menggunakan hutang dapat membawa risiko. Setiap hutang pada umumnya mengharuskan pihak debitur untuk membayar beban bunga beserta cicilan kewajiban pokoknya secara periodik. Akan tetapi, penggunaan hutang juga dapat memberikan keuntungan bagi pemegang saham, karena adanya subsidi pajak atas bunga. Sebab itulah, penggunaan hutang harus diperhatikan antara keuntungan dan kerugiannya.
Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio atau juga dikenal dengan rasio hutang adalah perbandingan yang dapat menunjukkan hubungan antara total hutang dan modal sendiri.
Dalam sistem finansial konservatif, perusahaan sebaiknya memiliki jumlah total hutang tidak lebih besar dari jumlah modal sendiri. Atau dengan kata lain, total hutang (hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek) sebanyaknya-banyaknya sama dengan modal sendiri atau Debt to Equity Ratio (DER) maksimal 100%.
Fungsi Debt to Equity Ratio (DER)
Adapun beberapa fungsi dari analisa DER yang harus kamu pahami, yakni sebegai berikut:
- Dapat dipergunakan sebagai patokan dasar dari struktur efisiensi modal yang dimiliki perusahaan.
- Menunjukkan solvabilitas perusahaan, yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi semua hutang-hutangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek.
- Dapat digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan
- Digunakan oleh investor sebagai dasar penilaian atau pertimbangan dalam menanamkan modalnya pada perusahaan.
- Dapat dipergunakan untuk mengetahui jumlah kuantitas penggunaan hutang perusahaan.
- Dapat menunjukkan komposisi pendanaan dalam membiayai aktivitas operasional perusahaan dalam memanfaatkan hutang-hutangnya.
Rumus Cara Menghitung Nilai DER
Rasio DER menunjukkan hubungan antara jumlah total kewajiban (liabilities) dengan jumlah modal sendiri. Sehingga dalam formula matematika, rasio DER ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (DER) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔/𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 × 100%
Contoh Studi Kasus Menghitung Debt to Equity Ratio (DER)
Pada laporan keuangan tahunan (annual report) tahun 2020, PT XYZ diketahui memiliki modal bersih sebesar Rp. 2,2 Milyar, sedangkan jumlah seluruh hutang/kewajiban yang harus dipenuhinya kepada pihak luar sejumlah Rp. 4,5 Milyar. Sehingga berapa nilai DER?
Jawaban:
Debt to Equity Ratio = 4.500.000.000 / 2.200.000.000 x 100 %
Debt to Equity Ratio = 2,045 kali atau 204,5 %
Dengan demikian, nilai DER PT XYZ senilai 2,045 kali atau 204,5 %.
Hasil analisa: perusahaan yang sehat secara keuangan ditunjukan dengan nilai rasio DER di bawah angka 1 atau di bawah 100%. Semakin rendah nilai rasio DER, maka semakin bagus.
Nilai DER yang rendah menunjukkan bahwa kemampuan keuangan perusahaan untuk membayar hutang/kewajiban lebih kecil daripada seluruh aset yang dimilikinya, sehingga ketika menghadapi kondisi yang tidak diinginkan (seperti bangkrut), perusahaan masih dapat membayar seluruh hutang/kewajibannya.
Begitu juga sebaliknya, tingginya nilai rasio DER menunjukkan jumlah hutang/kewajiban yang harus dilunasi lebih besar dibandingkan dengan jumlah seluruh modal bersih atau aset yang dimilikinya. Besarnya nilai DER menunjukkan bahwa sumber modal perusahaan sangat tergantung dari pihak luar.
Ketika perusahaan tidak mampu mengelola hutangnya dengan baik dan optimal, hal tersebut akan berdampak buruk pada kondisi keuangan perusahaan.
Beban hutang/kewajiban yang semakin besar dapat mengurangi jumlah laba bersih yang akan diterima perusahaan. Sehingga pada akhirnya juga akan mengurangi keuntungan bagi pemegang saham karena dividen tunai yang dibagikan (dividen payout ratio) atau DPR yang diterima mengalami penurunan.
Kriteria Nilai DER yang Bagus
Ada beberapa poin dalam menilai rasio DER bagus atau tidak, yaitu meliputi:
- Rasio DER yang ideal yaitu di bawah angka 1 atau di bawah angka 100%;
- Jika ditemukan perusahaan dengan DER di atas angka 1 atau di atas 100%, yang artinya hutang/kewajibannya lebih besar daripada modal bersihnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab DER tinggi.
Penelitian penyebab DER tinggi dapat menggunakan laporan keuangan perusahaan (balance sheet) yang bersangkutan. Analis memetakan berapa komposisi jumlah hutang/kewajiban jangka panjang dan hutang jangka pendeknya.
Apabila didapatkan bahwa hutang jangka panjang lebih besar daripada hutang jangka pendek, maka kondisi keuangan perusahaan kurang sehat. Karena hutang jangka panjang biasanya diperoleh dari pinjaman bank atau penerbitan surat hutang (obligasi) dimana perusahaan harus menanggung kewajiban pembayaran pokok dan bunga pinjaman sampai hutangnya lunas. Kondisi tersebut tentunya akan menekan keuntungan yang diperoleh perusahaan dan dapat mengganggu likuiditas atau kemampuan memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Sementara itu apabila didapatkan bahwa hutang tersebut adalah hutang jangka pendek atau hanya hutang usaha kepada pemasok (vendor) atau hutang akibat dari pendapatan diterima di muka (uang muka kerja), maka dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan masih tergolong sehat. Karena hutang jangka pendek tersebut terjadi dalam suatu proses produksi, misalnya hutang kepada pemasok bahan baku, atau hutang akibat penerimaan uang muka dari pemesan barang, maka hutang tersebut dapat segera dibayar pada saat barang yang diproduksi telah habis terjual.
Hubungan Debt Equity Ratio (DER) Terhadap Return On Equity (ROE)
Rendah dan tingginya nilai rasio debt equity ratio (DER) akan mempengaruhi terhadap tingkat pencapaian return on equity (ROE)perusahaan yang bersangkutan.
Ketika pinjaman yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada biaya modal sendiri, maka sumber dana yang berasal dari pinjaman atau hutang tersebut akan lebih efektif dalam menghasilkan laba perusahaan. Dan begitu juga sebaliknya.
Laba atau keuntungan perusahaan akan memperkuat hubungan DER dengan profitabilitas (salah satunya ROE), yaitu dimana profitabilitas perusahaan dapat mengalami peningkatan seiring dengan rasio DER yang rendah.
Semakin tinggi tinggi rasio ROE, menunjukan bahwa semakin efisien sebuah perusahaan mengelola investasi untuk menghasilkan laba perusahaan.
Sementara itu semakin tinggi rasio DER, menunjukkan bahwa semakin besar beban hutang/kewajiban perusahaan terhadap pihak luar. Tentunya, hal ini sangat memungkinkan dapat menurunkan kinerja perusahaan karena tingkat ketergantungan dengan pihak luar yang semakin tinggi.
Oleh karenanya jika perusahaan menginginkan mendapatkan Return On Equity (ROE) yang tinggi dengan modal asing, maka penggunaan hutang tersebut harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga menghasilkan laba, bukan risiko.
Demikianlah penjelasan mengenai apa itu debt to equity ratio (DER) dan cara menghitungnya. Tingginya nilai rasio DER menunjukkan semakin beratnya beban hutang/kewajiban perusahaan. Tentunya hal ini akan mengurangi jumlah dividen yang akan diterima oleh pemegang saham. Nilai rasio DER yang tinggi juga dapat mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor lebih tertarik untuk membeli saham perusahaan yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang.
Posting Komentar untuk "Mudah Memahami Debt to Equity Ratio (DER) Melalui Studi Kasus"