Tahap Perkembangan Kognitif menurut J. Piaget
Proses asimilasi dan akomodasi mempengaruhi struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif merupakan fungsi dari pengalaman dan kedewasaan anak yang terjadi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya.
Pola dan tahap-tahap yang dimaksud bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. J. Piaget (Paul Suparno, 2001) membagi tahap-tahap perkembangan kognitif atau kecerdasan menjadi empat yaitu:
1. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan kognitif anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain :
Pola dan tahap-tahap yang dimaksud bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. J. Piaget (Paul Suparno, 2001) membagi tahap-tahap perkembangan kognitif atau kecerdasan menjadi empat yaitu:
1. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan kognitif anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain :
- Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya
- Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara
- Suka memperhatikan sesuatu lebih lama
- Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
- Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya
2. Tahap Preoperasional (2-7 atau 8 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu praoperasional dan intuitif.
Pada tahap preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan anak dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah:
- Self counter nya sangat menonjol
- Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda
- Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok
- Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan
- Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar
Pada tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas. Karakteristik pada tahap ini anatara lain:
- Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya
- Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks
- Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide
- Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar.
3. Tahap operasional konkrit (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sduah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkrit.
Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya, sehingga tindakannya lebih efektif. Anak susah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi.
Namun sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirny sudah dapat dikatakan maju. anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkrit, sehingga ia mampu menelaah persoalan. Sungguhpun demikian anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak.
4. Tahap Operasional Formal (Umur 11 atau 12-18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesis. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat:
- Bekerja secara efektif dan sistematis
- Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, misalnya C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinannya.
- Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1,C2, dan R misalnya.
- Menarik generalisasi secara mendasar pada suatu macam isi.
Pada tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat melakukan formal-operations.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami seorang anak pada tahp preoprasional dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkrit bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal.
Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif atau kecerdasan para siswanya agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.
Referensi : Buku Karakteristik Siswa sebagai Pijakan Pembelajaran oleh Prof. Dr. C. Asri Budiningsih
Posting Komentar untuk "Tahap Perkembangan Kognitif menurut J. Piaget"