Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Unsur-Unsur dalam Rancangan Penelitian Sosial

Sebagai cara pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat, penelitian merupakan penyempurnaan terhadap cara-cara yang sudah dikenal oleh manusia sebelumnya. Penelitian dimaksudkan untuk memberikan solusi atas masalah yang terjadi di masyarakat dan untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, serta masukan yang positif bagi instansi terkait. Rancangan penelitian memuat beberapa unsur yang mutlak harus ada, yaitu sebagai berikut.

<a href="http://www.freepik.com">Designed by pch.vector / Freepik</a>

1. Latar Belakang Masalah

Bagian ini berisi tentang fakta-fakta yang ada di dalam masyarakat yang mendukung permasalahan penelitian. Di dalam latar belakang masalah juga harus diuraikan mengenai alasan yang mendasari dipilihnya suatu masalah tertentu untuk diteliti. Latar belakang masalah sebenarnya hanya merupakan pengantar dari seorang peneliti guna menuju pada sasaran yang dituju, yaitu perumusan masalah. Latar belakang permasalahan ada baiknya tidak terlalu panjang, sebab ada kekhawatiran justru akan menambah tidak jelas dalam merumuskan permasalahan.

2. Perumusan Masalah

Dalam penelitian, masalah merupakan hal yang sangat penting dan merupakan jiwa dari sebuah penelitian. Masalah harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga merangsang untuk berpikir. Masalah dalam penelitian harus mendorong pemahaman yang lebih mendalam, fundamental, prinsipil, dan kausal.

Pemilihan masalah serta perumusannya memengaruhi seluruh penelitian karena setiap langkah, bahkan apapun yang diuraikan dalam sebuah penelitian harus selalu berkaitan dengan perumusan masalah. Oleh karena itu, masalah yang kita pilih harus dipikirkan masak-masak. Dengan demikian lebih baik memakan waktu lama dalam mencari dan merumuskan masalah agar lebih jelas dan tidak menimbulkan kekaburan dalam melakukan penelitian.

Mengingat pentingnya perumusan masalah dalam suatu penelitian, maka harus memenuhi kriteria berikut ini.
a. Harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
b. Harus jelas, padat, dan mudah dipahami oleh orang lain.
c. Mengandung unsur data yang mendukung pemecahan masalah penelitian.
d. Merupakan dasar dalam membuat kesimpulan sementara (hipotesis).
e. Rumusan masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.
Contohnya adalah “bagaimanakah hubungan antara frekuensi belajar dengan nilai ulangan siswa?”

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan keinginan peneliti untuk mencapai sesuatu dalam penelitiannya. Tujuan penelitian isinya sama dengan yang terdapat dalam rumusan masalah. Hanya bentuk kalimatnya saja yang berbeda. Dalam rumusan masalah berupa kalimat pertanyaan, sedangkan dalam tujuan penelitian berupa kalimat pernyataan. 

Dengan demikian jumlah rumusan masalah sama dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitian digunakan sebagai kontribusi terhadap ilmu yang berkaitan dengan subjek penelitian yang dimaksudkan. Contoh tujuan penelitian adalah “untuk mengetahui hubungan antara frekuensi belajar dengan nilai ulangan siswa”.

Manfaat penelitian merupakan rumusan tentang kegunaan penelitian yang bisa bersifat praktis maupun teoretis. Bersifat praktis, misalnya mempermudah dalam pengambilan kebijakan, sedangkan bersifat teoretis, misalnya memperkaya dan mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan. Manfaat penelitian ini merupakan kelanjutan dari tujuan penelitian.

4. Tinjauan Pustaka (Studi Literatur)

Studi literatur sangat penting bagi pembuktian, terutama masalah orisinalitas (keaslian) penelitian. Studi literatur yang berkaitan dengan masalah yang kita pilih akan memperluas pengetahuan kita tentang masalah yang akan kita teliti dan apa yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Semakin banyak kita mengetahui tentang penelitian, maka kita akan semakin tahu mengenai pendekatan dalam memecahkan permasalahan dari penelitian yang kita lakukan. Jadi, studi literatur dapat membantu kita dalam seluk-beluk permasalahan, metode atau teknik penelitian yang dijalankan, sumber-sumber data, dan bacaan lainnya.

Selain itu dapat juga kita mengetahui apakah permasalahan yang kita angkat telah diteliti oleh orang lain atau belum. Diusahakan dalam melakukan sebuah penelitian, masalah harus orisinil atau dengan kata lain belum pernah diteliti oleh orang lain, karena itu akan menjamin kualitas penelitian yang kita lakukan. Kalaupun permasalahan penelitian kita ternyata sudah pernah ada yang meneliti, kita harus mencoba untuk meyakinkan pembaca dengan membandingkan permasalahan kita dengan permasalahan penelitian yang sudah ada sebelumnya, yaitu dengan melihat dari sudut pandang yang berbeda. 

Melihat banyaknya penelitian terutama penelitian sosial, maka banyak sekali bidang yang telah digarap, dan banyak pula permasalahan yang telah berhasil dipecahkan. Oleh karena itu, kita harus lebih jeli dan berhati-hati dalam menemukan permasalahan yang masih orisinil. Caranya dengan lebih teliti dan lebih banyak melakukan studi literatur.

5. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pendapat yang sifatnya masih sederhana atau sementara, yang harus dibuktikan kebenarannya dalam penelitian. Kerangka hipotesis ini biasanya muncul pada penulisan rancangan penelitian yang bersifat inferensial dengan melakukan pendekatan analisis kuantitatif. Dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis kualitatif biasanya tidak menggunakan hipotesis, namun menggunakan istilah conseptual framework (kerangka kerja konseptual), yaitu dengan mengembangkan asumsi yang bersifat konseptual.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Oleh karena itu, perumusan hipotesis sangat berbeda dengan perumusan masalah dalamn penelitian. Perumusan hipotesis harus memenuhi syarat-syarat berikut ini.
a. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (declarative statements), bukan pertanyaan.
b. Hipotesis berisi pernyataan mengenai hubungan antara paling sedikit dua variabel.
c. Hipotesis harus jelas dan tidak bermakna ganda.
d. Hipotesis harus dirumuskan secara operasional, sehingga memudahkan dalam pengujiannya.
e. Hipotesis harus dapat diuji secara spesifik. 

Apabila suatu hipotesis yang telah dirumuskan memenuhi syarat-syarat di atas, maka akan diperoleh suatu hipotesis yang baik. Adapun ciri-ciri hipotesis yang baik di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Dapat diterima oleh akal sehat.
b. Dapat menjelaskan masalah secara rasional.
c. Menyatakan hubungan yang diharapkan di antara variabel yang dipermasalahkan.
d. Harus dapat diuji atau ditentukan benar salahnya.
e. Dinyatakan sesederhana dan sesingkat mungkin.
f. Konsisten dengan teori dan fakta yang ada.

Dalam suatu penelitian, kita mengenal berbagai jenis hipo- tesis yang digunakan untuk melihat berbagai fenomena atau masalah yang terdapat di masyarakat.

a. Hipotesis Deduktif
Hipotesis yang dirumuskan dalam suatu rancangan penelitian bisa saja dimunculkan dari teori yang telah ada yang berhubungan dengan masalah yang dipilih dalam penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis yang dimunculkan dari teori atau hipotesis yang diturunkan dari teori ini disebut sebagai hipotesis deduktif.

b. Hipotesis Induktif
Hipotesis induktif adalah hipotesis yang dimunculkan dari lapangan. Biasanya hipotesis ini muncul pada kegiatan prapenelitian atau pada saat observasi (pengamatan). Hipotesis inilah yang akan diuji kebenarannya tanpa menafikan teori yang telah ada.

c. Hipotesis Alternatif atau Hipotesis Kerja atau Hipotesis
Asli (Ha)
Hipotesis kerja adalah semua hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti, baik yang bersifat relasional maupun deskriptif. Hipotesis ini merupakan penerjemahan hipotesis penelitian secara operasional. Contohnya tingkat perubahan sosial pada masyarakat perkotaan lebih besar dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan.

d. Hipotesis Nol atau Hipotesis Nihil (Ho)
Hipotesis nol adalah hipotesis yang meniadakan perbedaan antara kelompok atau meniadakan hubungan antarvariabel. Hipotesis ini diperlukan untuk membandingkan hipotesis kerja (Ha). Selain itu juga merupakan formulasi terbalik dari hipotesis kerja atau ingkaran dari hipotesis kerja. Sebagai contohnya, tidak ada perbedaan tingkat perubahan sosial pada masyarakat yang tinggal di perkotaan dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan.

Menurut S. Nasution, ada tiga fungsi hipotesis, yaitu sebagai berikut.
a. Menguji kebenaran suatu teori.
b. Memberi ide untuk mengembangkan suatu teori.
c. Memperluas pengetahuan mengenai gejala-gejala yang dipelajari.

6. Definisi Operasional

Dalam penelitian inferensial yang menggunakan pendekatan analisis kuantitatif memerlukan definisi operasional, yaitu suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang diamati. Beberapa cara untuk merumuskan definisi operasional menurut Saifudin Azwar adalah sebagai berikut.
a. Definisi operasional dapat dirumuskan berdasarkan proses apa yang harus dilakukan agar variabel yang didefinisikan itu terjadi.
b. Definisi operasional dibuat berdasarkan bagaimana cara kerja variabel yang bersangkutan.
c. Definisi operasional dibuat berdasarkan kriteria pengukuran yang diterapkan pada variabel yang didefinisikan.

Sebelum memahami definisi operasional lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui dulu beberapa jenis variabel yang terdapat dalam definisi operasional.

a. Variabel Tergantung (Dependent Variable)
Variabel tergantung merupakan variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain. Dalam penelitian, variabel ini disebut juga dengan variabel terpengaruh.

b. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya memengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian disebut juga dengan variabel pengaruh.

c. Variabel Kendali (Controlling Variable)
Jenis variabel ini diartikan sebagai variabel bebas yang efeknya terhadap variabel tergantung dikendalikan oleh peneliti dengan cara menjadikan pengaruhnya netral.

d. Variabel Moderator (Moderator Variable)
Variabel jenis ini merupakan variabel bebas bukan utama yang juga diamati oleh peneliti untuk menentukan sejauhmana efeknya ikut memengaruhi hubungan antara variabel bebas utama dan variabel tergantung.

e. Variabel Antara (Intervening Variable)
Variabel antara adalah suatu faktor yang secara teoretik berpengaruh terhadap fenomena yang diamati, akan tetapi variabel itu sendiri tidak dapat dilihat, diukur, maupun dimanipulasikan sehingga efeknya terhadap fenomena yang bersangkutan harus disimpulkan dari efek variabel bebas dan variabel moderator.

Contoh definisi operasional secara sederhana pada sebuah penelitian dengan hipotesis “Status sosial ekonomi akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa perempuan pada tingkat inteligensia yang sama, hubungannya dengan motivasi belajar” adalah status sosial ekonomi sebagai variabel bebas (IV) dan prestasi belajar sebagai variabel tergantung (DV). Pada hipotesis tersebut juga terdapat variabel antara (INV) yaitu motivasi belajar, kemudian ada variabel kontrol (CV) yaitu tingkat intelegensia yang sama. Selain itu juga terdapat variabel moderator (MV) yaitu jenis kelamin, yang dalam hipotesis tersebut siswa perempuan, tidak untuk siswa laki-laki.

Dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis kualitatif tidak menggunakan definisi operasional, karena jarang menggunakan relasi antarvariabel, sehingga hipotesisnya pun juga tidak dinyatakan sebagaimana penelitian dengan pendekatan analisis kuantitatif. Dengan demikian dalam rancangan penelitian kualitatif agak berbeda dengan rancangan penelitian kuantitatif.

7. Batasan Konsep

Batasan konsep dimaksudkan untuk memberikan batasan pengertian terhadap setiap istilah atau variabel yang digunakan, baik dalam judul, rumusan masalah, maupun tujuan penelitian. Tujuan pembuatan batasan konsep dalam rancangan penelitian adalah sebagai berikut.
a. Memudahkan pembaca dalam memahami masalah yang akan diteliti.
b. Menghindari munculnya kesalahpahaman antara peneliti dengan orang lain.
c. Sebagai pegangan dan pedoman bagi peneliti dalam menyusun instrumen atau alat penelitian, mengurutkan variabel-variabel yang hendak diteliti, menetapkan populasi dan sampel, serta menginterprestasikan hasil penelitian. 
d. Membatasi ruang lingkup masalah.

8. Metodologi Penelitian

Dalam suatu rancangan penelitian, metodologi penelitian dituliskan sebagai pedoman bagaimana kita melakukan penelitian. Mulai dari kegiatan prapenelitian, pemilihan metode dan instrumen penelitian, cara dan alat pengumpulan data, serta pengolahan dan analisis data. Dalam bab ini, dituliskan bagaimana perjalanan seorang peneliti dalam melakukan penelitian.

9. Sistematika Penulisan

Dalam bagian ini, peneliti hanya menampilkan tulisan beberapa bab yang akan digunakan dalam penulisan laporan hasil penelitian. Misalnya Bab I berisi pendahuluan, dan seterusnya sampai akhirnya kesimpulan pada bab terakhir. Setelah itu jika ada lampiran hendaknya diselipkan setelah kesimpulan. Kecuali gambar, tabel, atau yang lainnya yang memperkuat data dapat disajikan di tengah bab.

10. Daftar Pustaka

Bagian ini berisi tentang semua bacaan seperti buku, majalah, surat kabar, dan hasil penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang dilakukan.

Referensi : Buku Sosiologi kelas XXI oleh Bondet Wrahatnala
Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Unsur-Unsur dalam Rancangan Penelitian Sosial"

close