Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Intelegensi

Istilah intelegensi berasal dari kata latin intelligentia, yang pertama kali dicetuskan oleh orator Roman Cicero. Istilah ini umumnya menggambarkan kemampuan mental atau kognitif manusia. Mengenai pengertiannya, beberapa ahli memiliki teori masing-masing. Berikut ini penjelasannya : 


1. Teori Satu Faktor/Faktor Tunggal
Intelegensi merupakan satu kapasitas umum, digunakan untuk menghadapi semua situasi yang menuntut penggunaan intelegensi dengan cara yang sesuai. Sebagai contoh, Binet membatasi intelegensi sebagai "pertimbangan yang baik". Sementara Terman membatasinya sebagai "berpikir abstrak".

2. Teori Dua Faktor
Menurut Spearman, intelegensi terdiri dari : 

  • Energi mental yang bersifat umum (G), dapat ditemukan pada semua proses Kognifit
  • Serangkaian faktor spesifik (S), yang secara umum hanya ditemukan pada sekelompok aktivitas manusia. Misal, kemampuan verbal, numerik, spatial, dan sebagainya.
3. Teori Tiga Faktor/Teori Kelompok
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Dua Faktor dan dirumuskan oleh Holzinger dan Harmon. Pada teori ini, intelegens selain terdiri dari faktor G dan faktor S seperti yang diungkapkan Spearman, juga berisi sejumlah faktor kelompok/common factor (C).

Faktor kelompok/common factor (C) meliputi kemampuan-kemampuan tertentu yang sifatnya tidak begitu umum, lebih luas dari faktor S, dan hanya terdapat pada sekelompok aktivitas saja.

4. Teori Multiple Faktor
Teori ini dikembangkan oleh Thurstone, Guilford, dan ahli lain penganut Teori Multiple Faktor. Teori ini menolah gagasan tentang "intelegensi umum" atau faktor G. Dengan mendasarkan pada analisis faktor, teori ini mengajukan hipotesis tentang adanya banyak faktor yang memiliki kadar umum yang berbeda-beda.

Menurut Thurstone, kemampuan mental primer (primary mental ability) ini terdiri dari : 
  1. Kemampuan numerik
  2. Ingatan
  3. Kelancaran kata
  4. Perbendaharaan kata
  5. Relasi ruang
  6. Penalaran
  7. Kecepatan presepsi
Pada penelitian-penelitian lebih lanjut, diajukan adanya tambahan tentang sejumlah kemampuan mental primer (Vis-Ed, 1963)

Sternberg pada tahun 1986 telah mengajukan suatu teori intelegensi yang didasarkan pada tiga subteori atau subtipe intelegensi, yaitu:

1. Contextual intelligence
merupakan kemampuan individu untuk beradaptasi dengan lingkungna dalam memecahkan masalah pada situasi khusus. Sering disebut sebagai inteligensi praktis.

2. Experimental intelligence
merupakan kemampuan belajar dari pengalaman, sehingga dapat digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas familiar secara efisien.

3. Componential intelligence 
merupakan kemampuan untuk berpikir abstrak, memproses informasi, serta menentukan apa yang perlu dilakukan

Teori inteligensi dari Sternberg lebih menitik beratkan pada proses berpikir dibandingkan pada hasilnya, oleh karenanya mempunyai potensial untuk diterapkan secara lintas budaya (Matsumoto, 1996).
Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Teori Intelegensi"

close