Ciri-Ciri Dasar Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari perkataan Latin "communicatio" dan bersumber dari kata "communis" yang berarti "sama". "sama" disini maksudnya adalah sama makna (Onong U. Effendy, 1984:9). Namun ada pula yang mengatakan berasal dari kata kerja Latin "communicare", yang berarti "berbicara bersama, berunding, berdiskusi dan berkonsultasi, satu sama lain" (Umar Suwito, 1989:1).
Pengertian komunikasi ini sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu melainkan juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan atau melakukan suatu kegiatan/perbuatan, dan lain-lain.
Untuk memahami komunikasi secara lebih baik, maka perlu kita mengenal ciri-ciri dasar komunikasi antar-manusia seperti yang dikemukakan Adler dan Rodman (1982) yaitu sebagai berikut:
1. Komunikasi antar-manusia bersifat simbolik
Ciri yang menonjol dari lambang-lambang adalah sifatnya arbitrenya (berdasar kesepakatan). Agar terjalin suatu komunikasi, maka pihak yang satu dan lainnya harus sepakat untuk menggunakan lambang-lambang, baik dalam bentuk kata-kata maupun perilaku non-verbal dengan cara dan arti yang sama.
Kesepakatan ini diwujudkan dalam bentuk kezaliman-kezaliman dan peraturan-peraturan bahasa. Komunikasi dapat berlangsung secara efektif, tergantung pada kesepakatan di antara pihak-pihak tersebut mengenai peraturan-peraturan bahasa ini.
2. Komunikasi memerlukan seorang penyampai pesan
Dalam setiap komunikasi selalu terjadi penyampaian pesan dari seseorang/pihak/sesuatu kepada orang/pihak/sesuatu yang lain. Selalu ada seseorang/pihak/sesuatu yang berfungsi sebagai penyampai pesan. Tipe yang paling menyolok dari penyampai pesan terjadi apabila seseorang secara sengaja menciptakan suatu pesan, misalnya menyampaikan informasi kepada orang lain.
Namun demikian, banyak terjadi menyampaikan pesan yang tidak sesuai dengan yang dimaksudkan, terutama pesan pesan non-verbal. Kadang juga terjadi pada pesan-pesan verbal, yaitu tanpa unsur kesengajaan atau "keseleo lidah".
3. Komunikasi memerlukan seseorang menerima pesan
Menyampaikan pesan saja tidaklah cukup untuk menciptakan tindakan komunikasi. Diperlukan sesuatu respons terhadap pesan yang disampaikan tersebut.
Secara ideal, diharapkan penerima pesan memahami pesan sesuai tepat dengan maksud dari penyampai pesan. Namun, hal tersebut bukanlah sesuatu yang mudah dicapai dan ketepatan sepenuhnya memang tidak dituntut untuk dapat berlangsungnya suatu komunikasi.
4. Komunikasi merupakan proses yang berlanjut
Komunikasi adalah suatu proses yang berlanjut dan tidak terputus-putus. Sulit untuk menentukan awal dan akhir suatu komunikasi. Tidaklah tepat mengatakan bahwa suatu tindak komunikasi mulai pada waktu kita berhadapan dengan seseorang, atau berakhir setelah pertukaran terakhir dari pesan-pesan.
5. Komunikasi tidak bisa diulang kembali
Mustahil untuk menghapus sesuatu yang telah diucapkan dan menggantikanna dengan suatu pesan yang lebih baik. Memang dapat menyampaikan pesan baru yang lebih baik, tetapi pesan lama yang pernah terucap dalam putaran komunikasi sebelumnya tetap telah tersampaikan tanpa mungkin dibatalkan.
6. Komunikator adalah penyampai sekaligus penerima pesan
Pada saat berkomunikasi selaku penyampai pesan baik verval maupun non-verbal, secara simultan juga menerima pesan verbal dan non-verbal dari kita sendiri (komunikasi intrapersonal) atau dari orang lain (komunikasi interpersonal).
7. Selalu terdapat "noise" (penganggu) dalam proses komunikasi
Penerima pesan tidak selalu menerima dengan memahami pesan seperti yang dimaksudkan. Hal ini disebabkan adanya "noise" (penganggu) dalam setiap unsur dari sistem komunikasi. Upaya suatu proses komunikasi berhasil adalah dengan mengurangi "noise" ini.
Adapun batasan dari pengertian "noise" adalah segala sesuatu yang dapat menganggu atau mengaburkan penyampaian atau penerimaan pesan dalam proses komunikasi. "Noise" bisa berupa suara, cahaya, situasi ruang, kondisi fisik atau psikis, dan lain-lain (dikutip dalam Umar Suwito, 1989: 5-7).
Referensi : Buku Sistem Komunikasi Pendidikan (Mulyo Prabowo, M.Pd.
Pengertian komunikasi ini sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu melainkan juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan atau melakukan suatu kegiatan/perbuatan, dan lain-lain.
Untuk memahami komunikasi secara lebih baik, maka perlu kita mengenal ciri-ciri dasar komunikasi antar-manusia seperti yang dikemukakan Adler dan Rodman (1982) yaitu sebagai berikut:
1. Komunikasi antar-manusia bersifat simbolik
Ciri yang menonjol dari lambang-lambang adalah sifatnya arbitrenya (berdasar kesepakatan). Agar terjalin suatu komunikasi, maka pihak yang satu dan lainnya harus sepakat untuk menggunakan lambang-lambang, baik dalam bentuk kata-kata maupun perilaku non-verbal dengan cara dan arti yang sama.
Kesepakatan ini diwujudkan dalam bentuk kezaliman-kezaliman dan peraturan-peraturan bahasa. Komunikasi dapat berlangsung secara efektif, tergantung pada kesepakatan di antara pihak-pihak tersebut mengenai peraturan-peraturan bahasa ini.
2. Komunikasi memerlukan seorang penyampai pesan
Dalam setiap komunikasi selalu terjadi penyampaian pesan dari seseorang/pihak/sesuatu kepada orang/pihak/sesuatu yang lain. Selalu ada seseorang/pihak/sesuatu yang berfungsi sebagai penyampai pesan. Tipe yang paling menyolok dari penyampai pesan terjadi apabila seseorang secara sengaja menciptakan suatu pesan, misalnya menyampaikan informasi kepada orang lain.
Namun demikian, banyak terjadi menyampaikan pesan yang tidak sesuai dengan yang dimaksudkan, terutama pesan pesan non-verbal. Kadang juga terjadi pada pesan-pesan verbal, yaitu tanpa unsur kesengajaan atau "keseleo lidah".
3. Komunikasi memerlukan seseorang menerima pesan
Menyampaikan pesan saja tidaklah cukup untuk menciptakan tindakan komunikasi. Diperlukan sesuatu respons terhadap pesan yang disampaikan tersebut.
Secara ideal, diharapkan penerima pesan memahami pesan sesuai tepat dengan maksud dari penyampai pesan. Namun, hal tersebut bukanlah sesuatu yang mudah dicapai dan ketepatan sepenuhnya memang tidak dituntut untuk dapat berlangsungnya suatu komunikasi.
4. Komunikasi merupakan proses yang berlanjut
Komunikasi adalah suatu proses yang berlanjut dan tidak terputus-putus. Sulit untuk menentukan awal dan akhir suatu komunikasi. Tidaklah tepat mengatakan bahwa suatu tindak komunikasi mulai pada waktu kita berhadapan dengan seseorang, atau berakhir setelah pertukaran terakhir dari pesan-pesan.
5. Komunikasi tidak bisa diulang kembali
Mustahil untuk menghapus sesuatu yang telah diucapkan dan menggantikanna dengan suatu pesan yang lebih baik. Memang dapat menyampaikan pesan baru yang lebih baik, tetapi pesan lama yang pernah terucap dalam putaran komunikasi sebelumnya tetap telah tersampaikan tanpa mungkin dibatalkan.
6. Komunikator adalah penyampai sekaligus penerima pesan
Pada saat berkomunikasi selaku penyampai pesan baik verval maupun non-verbal, secara simultan juga menerima pesan verbal dan non-verbal dari kita sendiri (komunikasi intrapersonal) atau dari orang lain (komunikasi interpersonal).
7. Selalu terdapat "noise" (penganggu) dalam proses komunikasi
Penerima pesan tidak selalu menerima dengan memahami pesan seperti yang dimaksudkan. Hal ini disebabkan adanya "noise" (penganggu) dalam setiap unsur dari sistem komunikasi. Upaya suatu proses komunikasi berhasil adalah dengan mengurangi "noise" ini.
Adapun batasan dari pengertian "noise" adalah segala sesuatu yang dapat menganggu atau mengaburkan penyampaian atau penerimaan pesan dalam proses komunikasi. "Noise" bisa berupa suara, cahaya, situasi ruang, kondisi fisik atau psikis, dan lain-lain (dikutip dalam Umar Suwito, 1989: 5-7).
Referensi : Buku Sistem Komunikasi Pendidikan (Mulyo Prabowo, M.Pd.
Posting Komentar untuk "Ciri-Ciri Dasar Komunikasi"